Majalah TEMPO terbaru mengungkap persoalan internal Koalisi Perubahan yang mengusung Capres Anies Baswedan.
"Prahara Koalisi Anies Baswedan", "Bocor Perahu Sebelum Berlayar", demikian sub judul headline majalah TEMPO (11/6/2023).
"Koalisi Anies Baswedan terpecah soal calon wakil presiden. NasDem menolak Agus Harimurti Yudhoyono karena kecil peluang menang," demikian tulis majalah TEMPO.
***
BERBAGAI petuah meluncur dari Susilo Bambang Yudhoyono saat menerima Anies Baswedan di Wisma Drupadi, Kompleks Museum dan Galeri Seni SBY-ANI, Pacitan, Jawa Timur, Kamis, 1 Juni lalu. Didampingi putranya, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, presiden keenam itu menyarankan berbagai langkah strategis sebagai calon presiden.
Pertemuan di Wisma Drupadi dihadiri sejumlah politikus Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera. Pengurus Partai NasDem tak ikut ke Pacitan. Selain itu, hadir anggota tim 8, grup kecil yang berisi perwakilan partai dan orang kepercayaan Anies. “Kami berdiskusi soal banyak hal dan mendengarkan pengalaman Pak SBY,” kata Anies kepada Tempo pada Sabtu, 10 Juni lalu.
Dua peserta pertemuan yang hadir bercerita, Yudhoyono menyarankan Anies Baswedan segera membentuk tim pemenangan. Sejak NasDem mendeklarasikan Anies sebagai calon presiden pada Oktober tahun lalu, bekas Gubernur DKI Jakarta itu hanya didukung oleh tim 8, yang menggodok visi, misi, strategi, serta calon wakil presiden untuk Anies.
Dalam diskusi yang berlangsung sekitar tiga jam itu, Yudhoyono yang mengenakan batik putih-biru juga menyarankan Anies segera memperjelas calon wakil presiden. Saran itu didukung oleh peserta rapat yang berasal dari PKS. Narasumber yang sama mengatakan bahwa nama Agus Harimurti Yudhoyono juga disebut-sebut dalam pertemuan itu.
Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra tak membantah atau membenarkan informasi tersebut. “Tak bisa diungkap karena bagian dari strategi,” ujarnya, Rabu, 7 Juni lalu. Menurut Herzaky, pertemuan itu juga membahas situasi demokrasi Indonesia yang memburuk dan campur tangan Presiden Joko Widodo dalam pemilihan presiden.
Sedangkan juru bicara PKS, Pipin Sopian, yang juga hadir di Pacitan, membenarkan bila partainya disebut berharap calon wakil presiden untuk Anies bisa segera dideklarasikan. Tujuannya, menjawab keraguan publik soal nasib Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Apalagi belakangan muncul isu bahwa koalisi pendukung Anies bakal bubar di tengah jalan.
Adapun Anies membantah jika pertemuan di Pacitan disebut membahas calon wakil presiden. Bekas Menteri Pendidikan itu juga menyangkal kabar bahwa tim 8 telah merekomendasikan nama pendampingnya dalam Pemilihan Umum 2024. “Tak ada pembicaraan soal itu dan tim 8 tak pernah merekomendasikan nama,” ucapnya.
Pada awal Juni lalu, politikus NasDem yang juga anggota tim 8, Willy Aditya, mengatakan pendamping Anies mengerucut pada satu nama. Tapi Willy merahasiakannya dan menyatakan bahwa calon wakil presiden akan diumumkan langsung oleh Anies. Deklarasi calon presiden dan wakilnya akan diadakan paling lambat 16 Juli mendatang di Gelora Bung Karno, Jakarta.
Sejumlah politikus dari tiga partai pendukung Anies di Koalisi Perubahan serta anggota tim 8 yang ditemui Tempo kompak menyebutkan bahwa nama tersebut adalah Agus Harimurti Yudhoyono. Namun nama Agus masih harus menunggu persetujuan dari petinggi koalisi tiga partai pendukung Anies.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Andi Arief menyatakan partainya sejak awal menginginkan Agus Harimurti Yudhoyono menjadi pendamping Anies. Ia mengklaim Agus bisa mengerek elektabilitas Anies yang mulai turun ketimbang calon wakil presiden lain. “Kami mau menang. Enggak mungkin Anies berpasangan dengan yang lain,” kata Andi pada Rabu, 7 Juni lalu.
Survei Indikator Politik Indonesia pada 26-30 Mei lalu menunjukkan tingkat keterpilihan Anies tertinggal dibanding dua calon lain, yaitu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Elektabilitas Prabowo naik dari 27,1 persen pada Oktober 2022 menjadi 38 persen.
Begitupun tingkat keterpilihan Ganjar—dideklarasikan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai calon presiden pada 21 April lalu—naik dari 31,3 persen menjadi 34,2 persen. Sedangkan elektabilitas Anies malah turun dari 28,4 persen menjadi 18,9 persen.
Sigi Saiful Mujani Research and Consulting juga menunjukkan elektabilitas Anies merosot. Pada November 2022, Anies dipilih oleh 29,3 persen responden. Sedangkan pada akhir Mei lalu, elektabilitasnya tinggal 19,2 persen. Andi Arief menyatakan bahwa partainya akan mengevaluasi posisi Demokrat di Koalisi Perubahan jika calon wakil presiden tak segera ditetapkan.
Agus Yudhoyono disebut-sebut telah mendapat dukungan dari PKS. Semula, PKS mengajukan bekas Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, untuk mendampingi Anies. Ketua PKS Mardani Ali Sera menyatakan Agus dinilai bisa bekerja sama dengan Anies. “Dua-duanya bisa menambah suara,” tutur Mardani.
Namun dua petinggi PKS yang ditemui Tempo menyebutkan bahwa Ahmad Heryawan dianggap sulit menaikkan perolehan suara Anies karena hanya memiliki basis pendukung di Jawa Barat. Dimintai tanggapan, juru bicara PKS, Pipin Sopian, mengatakan partainya menyerahkan calon wakil presiden sepenuhnya kepada Anies. “Bola di tangan Mas Anies,” ucap Pipin.
Kengototan Demokrat agar Anies memilih Agus Yudhoyono sebagai calon wakil presiden, menurut sejumlah pengurus partai itu, bertujuan mendapat efek ekor jas. Jika Agus tak berlaga dalam Pemilu 2024, coattail effect dari pencalonan Anies Baswedan hanya dinikmati partai lain, yaitu NasDem dan PKS. Perolehan suara Demokrat pun diperkirakan tak naik signifikan.
Namun, kata narasumber yang sama, Susilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuan di Wisma Drupadi, Pacitan, menyatakan bahwa partainya akan tetap mendukung Anies. Ketua Majelis Tinggi Demokrat itu juga akan memastikan perahu Koalisi Perubahan untuk Persatuan terus berlayar.
NasDem Menolak AHY
DIDUKUNG oleh Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera menjadi calon wakil presiden, Agus Harimurti Yudhoyono tak mendapat sambutan hangat di Partai NasDem. Bendahara Umum NasDem Ahmad Sahroni mengatakan partainya merasa dipaksa menerima Agus sebagai pendamping Anies. “Seharusnya tak buru-buru memutuskan calon wakil presiden,” ujar Sahroni kepada Tempo, Jumat, 9 Juni lalu.
Wakil Ketua Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat itu menyatakan Koalisi Perubahan untuk Persatuan bisa memutuskan calon wakil presiden hingga Komisi Pemilihan Umum membuka pendaftaran calon presiden-wakil presiden pada Oktober mendatang. Kontestan lain pun belum memilih calon wakil presiden.
Sejumlah politikus NasDem bercerita, pengurus partai itu, termasuk Ketua Umum Surya Paloh, tak sreg jika Agus menjadi calon wakil presiden. Sebabnya, kecil kemungkinan duet Anies-Agus menang dalam pemilihan presiden. Sejumlah hasil survei menunjukkan Anies-Agus berada di posisi buncit jika berhadapan dengan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Kekhawatiran lain dari para politikus NasDem adalah, jika Anies menang, Agus berpotensi menjadi pesaing Anies. Atau, dengan kata lain, bakal ada matahari kembar dalam pemerintahan. Narasumber yang sama mengatakan bahwa Surya Paloh telah berulang kali menolak Agus sebagai pendamping Anies. Surya menyatakan Agus cukup menjadi menteri koordinator.
Penolakan NasDem terhadap Agus Yudhoyono pun disuarakan secara terbuka. Sejumlah politikus partai itu menganggap Kepala Badan Pemenangan Pemilu Demokrat Andi Arief telah menyatakan ancaman keluar dari koalisi jika Agus tak menjadi calon wakil presiden.
Dimintai tanggapan soal sikap Surya Paloh, Ahmad Sahroni mengatakan bosnya memilih menyepi di pulau miliknya, Kaliage di Kepulauan Seribu, saat pembicaraan calon wakil presiden Anies memanas. Menurut Sahroni, Surya akan segera mengambil keputusan. “Beliau selalu semedi di pulaunya sendiri,” tutur Sahroni.
Di lingkup internal NasDem, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa terus digadang-gadang mendampingi Anies Baswedan. Pasangan Anies-Khofifah dianggap lebih bisa menarik pemilih dibanding duet Anies-Agus Yudhoyono. Khofifah dengan posisinya sebagai Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama juga diperkirakan bisa mendulang suara dari kalangan perempuan.
Selain itu, Khofifah dianggap bisa menaikkan perolehan suara Anies di Jawa Timur, daerah yang menjadi pertempuran sengit para calon presiden. Pada akhir Maret lalu, Khofifah mengaku mendapat tawaran dari berbagai pihak untuk menjadi calon wakil presiden. Tapi ia menolaknya. “Saya masih ingin berfokus di Jawa Timur,” kata Khofifah.
Menolak nama Agus Yudhoyono, NasDem juga masih menunggu kemungkinan Partai Golkar bergabung dalam Koalisi Perubahan. Dua petinggi partai beringin bercerita kepada Tempo, Anies pernah bertemu dengan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto untuk berdiskusi soal rencana koalisi.
Anies sempat beberapa kali berganti kendaraan sebelum bertemu dengan Airlangga untuk memastikan kerahasiaan pertemuan. Dalam pertemuan itu, Airlangga dan Anies disebut-sebut membahas kemungkinan Menteri Koordinator Perekonomian tersebut menjadi calon wakil presiden. Golkar telah menetapkan Airlangga sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024.
Skenario itu sebenarnya telah muncul pada Maret 2021, saat Airlangga bertemu dengan Surya Paloh di Pulau Kaliage. Kala itu Airlangga menolak tawaran dari Surya agar Golkar mengadakan konvensi calon presiden. Pemenang konvensi, yang diperkirakan adalah Anies, akan berpasangan dengan Airlangga.
Airlangga tak merespons pertanyaan yang dilayangkan Tempo ke nomor telepon selulernya. Adapun Anies menyangkal adanya pertemuan tersebut. “Tidak pernah ada pertemuan membahas posisi wakil,” ujarnya.
Buntunya Koalisi Perubahan memutuskan calon wakil presiden yang akan mendampingi Anies Baswedan membuat politikus dari tiga partai pendukung Anies merancang pertemuan khusus. Rencananya pertemuan itu akan dihadiri oleh Surya Paloh, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Al-Jufri.
Di tengah kemandekan itu, pada Selasa malam, 6 Juni lalu, Anies Baswedan menemui Agus Harimurti Yudhoyono di rumahnya di Jakarta Selatan. Berbicara lebih dari dua jam, menurut orang dekat Agus dan Anies, keduanya membicarakan kelanjutan koalisi setelah adanya ancaman Demokrat bakal hengkang. Anies tak membantah adanya pertemuan tersebut. “Tidak ada pembahasan soal evaluasi,” ucap Anies.
(Sumber: Majalah TEMPO)