Anies pasrah... Ibarat doa Musa dikala Fir'aun memperkusinya

Dibolak-balik bagaimana pun, rujukan pokok dalam politik (praktis) itu 'programatik'. Atau istilah lazim yang kerap dipakai ialah: 'kepentingan'. Tidak ada kawan dan lawan abadi melainkan kepentingan (yang abadi). Itu dogma tua di dunia politik. 

Artinya, ketika programnya berbeda, akan cenderung berseberangan; tetapi, jika programnya selaras maka potensi untuk berangkulan atau berkawan lebih terbuka lebar. 

Nah, pada dinamika politik jelang Pemilu 2024, khususnya pemilihan presiden (pilpres), perbedaan program itu terkihat nyata, bahkan bermoto PERUBAHAN versus KEBERLANJUTAN. 

Ya. Moto perubahan diusung oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang terdiri atas NasDem, Demokrat dan PKS, sedang semboyan keberlanjutan diusung hampir semua koalisi kecuali KPP tadi.

Hari ini, poin utama moto keberlanjutan ialah meneruskan program infrastruktur Jokowi yang belum rampung, terutama IKN dan KCJB (Kereta Cepat); sedang semboyan perubahan masih terlihat 'samar' di publik, meski gagasan pokoknya diisyaratkan yakni mengubah negeri ke arah yang lebih baik di bidang kesejahteraan dan keadilan.

Merujuk clue dalam dongeng ini, bahwa ada program lain dalam programatik (kepentingan), maksudnya, mulai ada riak-riak di internal koalisi terkait kontestasi 2024, utamanya soal pilihan dan penetapan cawapres. Ini satu contoh saja.

Ada konflik senyap di KPP (Koalisi Perubahan), misalnya, ini terlihat pada pertemuan AHY - Puan di GBK. Termasuk 'mimpi SBY' yang diviralkan ke publik. Padahal, ada ajaran kuno, 'jangan ceritakan mimpimu kepada siapapun'. Ndablek wong e.

Tak pelak, PDI-P pun lagi dirundung kegalauan dalam penetapan cawapres. Dua calon (ET dan Uno) yang diajukan oligarki guna mendampingi Ganjar, keduanya berlatar kapitalis. Gak pas dengan ideologi PDI-P yang selalu menggemakan nasib wong cilik (sosialis). Bakal kontra produktif dalam praktik. Tabrakan ideologi. Mosok GP blusukan ke pasar tradisional yang panas dan bau, sementara ET atau Uno malah ngopi-ngopi di Pasar Modal ber-AC sejuk? 

Prabowo terlihat lebih rileks. Asyik bersafari lintas entitas, komunitas dan antarkoalisi. "Gak ngurus", tampak (luar)-nya. Entah dalamannya. Siapa bakal jadi cawapresnya nanti. Podo ngati-ngati kabeh.

Lalu, bagaimana dengan Anies? 

Ya. Di tengah gelombang ketidakjelasan atas pencapresannya oleh KPP, gimiknya terlihat 'pasrah'. Ya. Ibarat doa Musa dikala Fir'aun memperkusinya. Doanya dijawab oleh Tuhan: "Tugasmu hanya berusaha, keputusan itu urusan-Ku". 

Itulah sekilas 'posisi' ketiga bakal capres dalam kontestasi 2024.

Dan gelagatnya, pemilihan bakal cawapres akan terus tertunda dan tertunda hingga mendekati tahap akhir pendaftaran capres, baru akan diumumkan. Akan ada kejutan. 

Saat ini, para pihak (koalisi) masih saling intip dalam rangka menyusun strategi. 

Mengapa? 

Jujur. Kendati ada gelegar isu bahwa 'hanya dua pasangan' yang bakal berlaga dalam pilpres 2024, namun penetapan cawapres tetap menarik untuk dicermati bersama. 

Dan di tengah keramaian langit Jakarta, sayup-sayup terdengar lagu viral el-Corona yang berjudul 'Pantun Janda'.

Kuda yang mana, kuda yang mana
tuan senangi
kuda yang putih, kuda yang putih
di dalam kandang ...

Serpong, 30 Juni 2023

(M Arief Pranoto)

Baca juga :