Aneh dan lucu jika ada kaum yang memuja istilah Toleransi

Definisi toleransi di negara maju:
"Memberikan kesempatan atau membiarkan meski seseorang melakukan sesuatu yang kita yakini sebagai kesalahan dan tidak menyetujuinya."

Contoh, si Anu datang terlambat dalam wawancara kerja selama 5 menit. Namun tuan Jon memberinya kesempatan mengikuti wawancara, padahal dalam aturan perusahaan terlambat = kesalahan. Dalam hal ini tuan Jon memberikan toleransi atas kesalahan si Anu, menimbang untung rugi.

Toleransi juga bukan tak terbatas, tuan Jon dan pihak perusahaan punya "prinsip" lebih tinggi lagi yang harus dijaga, yang tidak boleh lagi ada toleransi.

Jadi salah jika mengira toleransi berarti "menghormati" sesuatu yang dianggap salah, apalagi "ikut-ikutan melakukan dan menyemarakkan".

Toleransi hanya sekedar membiarkan dan tidak mengganggu (menghalangi suatu argumen/tindakan dalam batas tertentu), tapi bukan berarti kita tak boleh membantahnya. Tentu selama argumen/tindakan seseorang tidak menyinggung prinsip yang lebih tinggi dan lebih sensitif.

Dalam dunia akademis, toleransi cenderung berkonotasi negatif, karena berarti dosen atau Universitas sedang memberi kesempatan pada mahasiswa bermasalah. Semisal diberi toleransi setelah tidak mengerjakan tugas, melanggar aturan kelas, lewati batas jumlah semester dan sebagainya.

Sangat konyol kalau ada seorang dosen sangat menghormati mahasiswa yang berbuat kesalahan, karena berdalih dirinya memberi toleransi, sementara mahasiwa lain yang taat aturan dianggap biasa saja.

Makanya saya merasa aneh dan lucu jika ada kaum yang memuja istilah toleransi.

(Pega Aji Sitama)

Baca juga :