AKHIR TRAGIS BUTET

Oleh Erizal

Pantun Butet Kartaredjasa dalam acara PDIP di GBK Jakarta, mestinya tak hanya dua, tapi tiga. Tak hanya yang mengarah ke Anies, Prabowo, tapi juga ke Ganjar. Itu baru bisa Butet dibilang seorang Budayawan, berpikir bebas-merdeka.

Karena cuma dua, dan pantun itu amat nyelekit, buat Anies seolah sudah divonis pelaku korupsi dan Prabowo masih isu lama seorang penculik, masak tak ada yang buat Ganjar? Malah Ganjar yang telah bolak-balik ke KPK, dibanding Anies.

Budayawan yang kehabisan ide. Isu lama yang sudah melewati sejarah panjang masih dipakai, digoreng, sedangkan rumor baru masih mentah sudah dipercaya sebagai kebenaran. Entahlah, apakah sengaja membuat provokasi murahan dari atas panggung yang terlihat amat mewah?

Butet tercatat sebagai peniup pluit kedua atau malah pertama, Pilpres semakin panas. Kedua setelah Denny Indrayana. Pertama, sebab Butet dari atas panggung resmi mewah dari partai pemenang Pemilu yang berniat ingin hattrick.

Denny melempar bola panas dari luar negeri, tapi Butet dari dalam negeri di hadapan hitung para petinggi parpol yang tidak dihadiri Anies dan Prabowo. Butet disebut budayawan, Denny profesor hukum. Kok bisa? Amat menyedihkan.

Betapa kesalnya politisi PDIP menanggapi pernyataan-pernyataan Denny. Bagaimana dengan pantun Butet yang resmi di panggung mewah itu? Apa pura-pura tak tahu saja? Selalu ada yang mengkhawatirkan. Semoga rakyat makin cerdas di tengah elite yang makin buntu.(*)
Baca juga :