Oleh: Widi Astuti
Ta critani gaes. Suatu ketika saya bertemu seorang wanita paruh baya. Kemudian ngobrol ngalor-ngidul. Dari obrolan tersebut, saya tau bahwa dulu dia berteman dengan salah satu dukun. Mungkin karena teman sekampung atau temen sekolah, saya lupa menanyakannya.
Nah, ada beberapa ceritanya yang bikin saya ngikik. Karena jadi tau rahasia dukun. Jadi, suatu ketika wanita paruh baya itu, sebut saja Juminten (bukan nama sebenarnya) main ke rumah temannya yang berprofesi sebagai dukun. Terus tiba-tiba ada pasien datang.
Si Juminten mendengarkan keluhan pasien dari balik tabir bareng si dukun. Si pasien mengeluhkan tentang penyakit diabetes menahun yang dideritanya. Menanyakan tentang bagaimana cara menyembuhkannya. Kemudian Juminten dijawil Si Dukun, sebut saja namanya Paijem, "Iki piye tho, yo jelas aku ora ngerti obate diabetes. Wong aku wae yo keno diabetes tapi ora iso ngobati dewe, kudu ning dokter. Wis kono mbok jawab sakrepmu wae. Aku ora ngerti obate." (Ini gimana ya, jelas saya gak ngerti obatnya diabetes. Saya saja juga kena diabetes gak bisa mengobati sendiri, harus ke dokter. Sudah sana jawab saja terserah kamu.)
"Lah piye, aku yo ora ngerti tho Jem. Iku tugasmu," Juminten bengong. Kemudian Paijem menjawab sekenanya.
Di lain kesempatan, Paijem Si Dukun ngajak Juminten memagar sebuah pabrik milik orang Tionghoa. Juminten ngintil (ngikutin) segala prosesi ritual yang dilakukan Si Paijem. Berjalan kaki mengelilingi pabrik sebanyak tiga kali. Kemudian melemparkan paku 3 biji di beberapa pojokan. Karena Paijem sudah kelelahan, akhirnya dia yang menyuruh Juminten untuk melemparkan paku tersebut ke pojokan terakhir.
"Kowe ngerti Si Bos sipit ngekei duit piro kanggo mageri pabrike?" tanya Paijem
"Lah piro? Yo jelas aku ora ngerti?" Juminten menyahut
"Regone 250 juta," jawab Paijem santai
Juminten melongo, serasa tak percaya betapa mahal biaya melempar paku di sekeliling pabrik.
Di kesempatan lain, Juminten diajak Paijem ke sebuah mata air jam 01.00 tengah malam. Katanya ada pasien yang hendak berendam agar bisa menang dalam pemilihan anggota Dewan.
Aslinya Si Paijem ini males keluar malam karena dia menderita beberapa penyakit. Akhirnya Paijem menyuruh Juminten berpura-pura sebagai dirinya. Menyuruhnya untuk memegang kepala Si Pasien dan membenamkan kepalanya beberapa kali di depan mata air .
"Iki diblebeke ping piro?" Tanya Juminten meminta instruksi
"Sakrepmu wis. Diblebeke (dibenamkan) sepatute wae. Nek wis kademen yo ndang mentas. Aku rhematik ora iso nyemplung"
"Piye tho, ora jelas tenan" protes Juminten
"Santai wae, pasien ora bakal protes. Kowe ngerti ora? Pasien iki wong beken. Iku lho Bu Cinderella seko Partai Kura-Kura dalam perahu. sing postere gede banget ning pinggir ndalan. Dia sudah mbayar 100 juta untuk kungkum nanti malam." Paijem menjelaskan sambil tertawa kecil.
"Weladalah jebul Bu Cinderella doyan kungkum juga yo. Yo wis mengko ta blebeke ping okeh. Kapan meneh iso mblebeke orang terhormat."
Begitulah gambaran cara kerja dukun. Mereka yang katanya "sakti" sebenernya biasa-biasa saja. Ketika para pasien memuja mereka, menganggap mereka bisa mengobati dan menyembuhkan, ternyata zonk. Karena mereka juga tidak bisa mengobati penyakit yang di deritanya sendiri.
Tetapi karena masyarakat sudah menganggap mereka manusia super yang tau segalanya, akhirnya mereka bisa berpura-pura dengan santainya. Dan tetap dipercaya serta didatangi orang banyak. Bahkan sekelas pejabat dan artispun banyak yang mempercayainya. Dan harus merogoh kocek yang tak sedikit.
Padahal mendatangi dukun itu termasuk syirik dan dosa besar. Sudah mbayar mahal, dikibulin, eh dapat dosa lagi. Benar-benar apes orang yang mendatangi dukun.
Udah, gak usah percaya apa kata dukun. Karena kalau percaya maka sholat tidak akan diterima selama 40 hari, ngeriiii.....
Mending minta sama Alloh langsung. Berdoa sepenuh hati di waktu mustajab. Jangan sekalipun pergi ke dukun. Karena dukun itu temannya setan.
(fb)