𝗖𝘂𝗿𝗵𝗮𝘁, 𝗠𝗲𝗻𝗰𝘂𝗿𝗮𝗵𝗸𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗶 𝗛𝗮𝘁𝗶
Oleh: Imam Ma'ruf Albugisii
Umumnya orang kalau curhat, itu untuk mencari solusi. Namun nyatanya tak jarang dari mereka curhat untuk mengharapkan perhatian dan tanggapan positif dari orang lain. Oleh karenanya, sangat perlu kita ketahui prihal bagaimana hukum curhat itu.
Saat orang itu curhat, tentu yang diceritakan itu adakalanya tentang kebaikan, kesenangan, atau nikmat yang ia peroleh. Dan adakalanya juga yang diceritakan itu malah sebaliknya, kesedihan, kisah kelam, ataupun maksiat yang pernah ia lakukan.
Ketika kamu telah mengerjakan kebaikan, ceritakanlah hal itu kepada orang lain agar mereka mengikuti apa yang kamu kerjakan. Hal ini tentu menjadi baik kalau tidak bermaksud agar dilihat (dipuji) oleh orang lain, dan ia berprasangka dengan menceritakannya itu orang lain akan mengikutinya.
Menceritakan kisah kelam sendiri itu hukumnya dipilah:
- Makruh, bila menceritakannya tidak bermaksud apa-apa.
- Sunnah, menceritakan kepada orang yang dapat memberikan jalan keluar, atau solusi agar terhindar dari maksiat yang sama, atau memberi tahu sebab jatuhnya ia kedalam maksiat tersebut, atau agar ia didoakan, atau dan semisalnya.
- Haram, menyatakan secara terang-terangan dan untuk bahan tertawaan, bukan untuk menanyakan dan meminta pendapat.
Referensi:
📚 𝘛𝘢𝘧𝘴𝘪𝘳 𝘔𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘓𝘢𝘣𝘪𝘥 2/642
وروي عن الحسين بن علي رضي الله عنهما أنه قال: إذا عملت خيرا فحدث به إخوانك ليقتدوا بك إلا أن هذا إنما يحسن إذا لم يتضمن رياء، وظن أن غيره يقتدي به. [نووي الجاوي ,مراح لبيد لكشف معنى القرآن المجيد ,٢/٦٤٢]
📚 𝘍𝘢𝘪𝘥𝘩 𝘢𝘭-𝘘𝘢𝘥𝘪𝘳 5/11
قال النووي: فيكره لمن ابتلي بمعصية أن يخبر غيره بها بل يقلع ويندم ويعزم أن لا يعود فإن أخبر بها شيخه أو نحوه مما يرجو بإخباره أن يعلمه مخرجا منها أو ما يسلم به من الوقوع في مثلها أو يعرفه السبب الذي أوقعه فيها أو يدعو له أو نحو ذلك فهو حسن وإنما يكره لانتفاء المصلحة وقال الغزالي: الكشف المذموم إذا وقع على وجه المجاهرة والاستهزاء لا على السؤال والاستفتاء بدليل خبر من واقع امراته في رمضان فجاء فأخبر المصطفى صلى الله عليه وسلم فلم ينكر عليه. [المناوي ,فيض القدير ,٥/١١]