Matan Hadist
وَعَنْ أبي هريرة رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « يَضْحكُ اللَّهُ سبْحَانُه وتَعَالَى إِلَى رَجُلَيْنِ يقْتُلُ أحدُهُمَا الآخَرَ يدْخُلاَنِ الجَنَّة ، يُقَاتِلُ هَذَا في سبيلِ اللَّهِ فيُقْتل ، ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَى الْقَاتِلِ فَيسْلِمُ فيستشهدُ » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Allah Subhanahu wa Ta’ala tertawa (sesuai dengan kemuliaan-Nya) kepada dua orang, yang salah seorang membunuh yang lainnya, kemudian keduanya (akhirnya) masuk surga. Yang seorang itu berperang fisabilillah kemudian ia dibunuh (syahid), selanjutnya Allah menerima taubat atas orang yang membunuhnya tadi, kemudian ia masuk Islam dan lalu dibunuh pula sebagai seorang syahid.”
(Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari no. 2826 dan Muslim no. 1890)
Faidah Hadist
Hadist ini memberikan faedah-faedah berharga, di antaranya;
1. Penetapan sifat “tertawa” bagi Allah ﷻ yang merupakan salah satu dari sifat tsubutiyah, fi’liyah, ditetapkan sebagaimana zahirnya, sesuai dengan keagungan dan kesempurnaan-Nya, tanpa menyerupakan atau menyamakan dengan mahluk, dan tidak menanyakan kaifiyahnya. Ditetapkan berdasarkan Alquran dan Assunnah.
2. Keagungan dan kemuliaan agama Islam. Seorang kafir yang bertobat lalu masuk Islam, meski ia telah membunuh seorang dari kaum Muslimin sebelumnya, Allah Ta’ala menerima tobatnya, dan menghapuskan dosanya. Karena Islam menghapuskan seluruh dosa sebelumnya. Ini adalah keutamaan yang hakiki.
3. Hadist ini menunjukkan keutamaan dari tobat yang menghapuskan dosa sebelumnya; besar maupun kecil tanpa terkecuali.
4. Kewajiban untuk bertobat dan tidak berputus asa dari rahmat Allah Ta’ala disebabkan oleh banyaknya dosa yang telah dilakukannya.
5. Agungnya balasan bagi yang terbunuh syahid di jalan Allah dengan kebenaran dan ketulusan untuk meninggikan agama Allah adalah di Surga.
6. Kita tidak pernah tahu akhir dari kehidupan seseorang di dunia ini, boleh jadi ada banyak pendosa di awal hidupnya, tapi Allah Yang Maha Pemurah menutup kisah hidupnya dengan dengan kebaikan dan kebajikan. Maka fokus kita adalah selalu berupaya mencari rida-Nya dengan cara yang benar dipenuhi ketulusan tanpa batas, karena balasan Surga itu abadi dan tanpa batas waktu.
Wallahu A’lam.
*Referensi: Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin rahimahullah dan Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy
(Sumber: Link)