Secara umum, manusia memahami bahwa permasalahan materi duniawiyah baik harta, jabatan, dan lain sebagainya adalah pangkal kesusahan manusia.
Akan tetapi, ternyata Allah menyiratkan dalam kisah Adam alaihi salam bahwa hakikat yang menjadi fitrah dari kesusahan manusia tidak berpangkal dari materi, tetapi dari masalah ruhani.
Dalam Pengajian Kamis Pagi, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah KH. Fathurrahman Kamal menyampaikan penjelasan itu dari ayat ke-38 Surat Al-Baqarah yang mengisahkan diturunkannya Nabi Adam alaihi salam dari surga ke bumi.
قُلْنَا اهْبِطُوْا مِنْهَا جَمِيْعًا ۚ فَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ - ٣٨
Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” [QS 2:38]
Membawakan penjelasan profesor Universitas Ummul Qura Makkah, Musfir Az Zahrani, Fathurrahman Kamal menyebutkan bahwa Nabi Adam ketika diturunkan di dunia dijamin dengan kecukupan rezeki dan materi sebagaimana dijelaskan Allah dalam ayat ke-32 Surat Al-Baqarah.
“Ini memberi pesan, kalian akan mendapat stabilitas hidup dan kenikmatan-kenikmatan yang dijanjikan meskipun terbatas. Semua kebutuhan manusia telah digariskan Allah Subhanau wa Ta’ala sehingga tidak perlu dirisaukan,” tuturnya.
Akan tetapi, kerisauan Adam justru muncul bukan dari materi, tetapi dari kerinduannya melihat tasbih kepada Allah yang tidak pernah terputus selama di surga. Keindahan tasbih dan tawaf para malaikat di Baitul Makmur tidak dilihatnya lagi selama di dunia.
Dari kesedihan itu, Adam berdoa agar Allah memberikan penggantinya selama di dunia. Maka, kemudian Allah membangun Ka’bah sebagaimana dijelaskan oleh Surat Ali ‘Imran ayat ke-96.
“Di situlah kemudian Adam alaihi salam mengawali tawaf, maka tawaf di Ka’bah pada hari ini adalah sesuatu yang sifatnya sangat lama, yaitu sejarah Adam alaihi salam. Jadi apa makna yang kita petik dari potongan kisah itu adalah, bahwa permasalahan yang dihadapi umat manusia di dalam hidupnya bukan menyangkut fasilitas infrastruktur kehidupan,” jelas Fathurrahman.
“Persoalan fundamental manusia bukan infrastruktur yang kemudian di sejarah peradaban, manusia saling membunuh untuk mencapai materi-materi. Padahal sejarah Adam, bukan masalah makan dan kehidupan, tapi adalah permasalahan ruhaniyah. Itulah yang dicari Adam alaihi salam,” ungkap Fathurrahman.(*)