Catatan Naniek S Deyang:
Kemarin pas saya masih wiridan ba'da shalat maghrib, HP saya yg nomernya jarang saya pakai terus menerus berdering...
Masuk nomer Singapura dan saya hampir gak angkat, tapi terus berdering....begitu saya bilang hallo, dia langsung bilang "ingat gak ini ...? ingat nggak ini..?"
Wahh surprise saya yang sudah puluhan tahun gak bersay hello, tetiba dihubungi pengusaha yang kini bermukim di Singapuara. Saya memang menyisakan nomer lama, nomer yg saya pakai sejak tahun 2005.
Berceritalah kami banyak hal, sayang saya tidak bisa cerita semua, hanya dia bilang terjadi "kegelisahan" di antara para konglomerat, pasalnya dua nama yang disodorkan para konglomerat jadi Cawapres Ganjar ditolak si Ibu, dan pihak Ibu justru menyodorkan dua nama tokoh agama besar, sehingga paketnya sepeti saat Pak Jokowi berpasangan dengan Kyai Ma'ruf Amin.
Benar apa tidak, buat saya gak pentingπ, tapi menjadi penting saat dia bilang, "saya emang dua kali gak dukung Mas Bowo, tapi kalu ada yg bilang Mas Bowo terlibat '98, maka saya mau bilang omong kosong. Tanggal 12,13,14,15 saat situasi genting saya sama Mas Bowo di Menteng, saya siap jadi saksi," katanya.
Langsung saya jawab, kalau soal isu terlibat kerusuhan '98, dan terlibat penculikan itu isu lama yg terus didaur ulang setiap mau Pilpres. Rakyat muak dengan isu2 seperti itu karena gak berpengaruh pada kehidupan mereka.
Tahun 2009 Pak PS berpasangan dengan Ibu Mega jadi Cawapresnya Ibu Mega, tahun 2014 dan 2019 maju sebagai Capres. Isu untuk menjatuhkan Pak PS yaitu itu saja, sudah kayak kaset ruwet.ππ.
Kembali ke teleponnya si pengusaha, saya juga tertarik saat dia tetiba bilang, "tapi masalahnya tahun 2024 ada Pemilu nggak?" tanyanya sambil bicara beberapa hal yg tdk bisa saya tulis.
(fb 13/5/2023)