Oleh: Erizal
Setelah keluar dari Gerindra, dikira Sandiaga Uno akan langsung punya posisi di PPP, dan langsung pula dipasangkan dengan Ganjar Pranowo. Ternyata, tak semudah itu. Sandi harus parkir dulu hanya sebagai kader biasa.
Entahlah, ini strategi Sandi, strategi PPP, atau memang ada persoalan yang belum selesai antara Sandi dan PPP, atau justru persoalan datang dari PDIP. Memang, tak perlu buru-buru. Waktu masih 5 bulan lagi. Masih cukup waktu.
Modal politik Sandi terlalu besar untuk diabaikan begitu saja. Kalau ada kelas di atas VVIP, di situlah posisi Sandi. Malah, di atas itu lagi. Yang terpenting ialah modal elektabilitas. Mustahil barang dilepas, posisi tak begitu jelas.
Tetap di Gerindra sudah pasti tak memperoleh apa-apa. Pilpres 2024 ini benar-benar menjadi kali terakhir Prabowo membuktikan semua. Pilpres 2019 juga banyak yang ngomong begitu, tapi Pilpres 2024 masih lagi. Kalau kalah lagi, berarti takdir.
Kalah karena Sandi? Kalau kejadian, memang tragis. Politisi yang punya uang miliaran saja cenderung tak sabar, apalagi Sandi yang punya triliunan. Wajar, Prabowo terlihat agak kecewa. Itulah politik. Semuanya berubah begitu cepat.
Tapi saat ini Prabowo jauh lebih siap dibanding sebelumnya. Langkah Prabowo masuk kabinet ialah langkah yang tepat, kendati ada juga yang bilang sebaliknya. Kemarin Prabowo datang ke Sumbar. Basis Prabowo terbesar. Prabowo tak sepenuhnya ditinggal karena masuk ke kabinet.(*)