ANTARA KEMENANGAN ERDOGAN DAN RAJA NAJASYI (HIJRAH PERTAMA SAHABAT NABI)

ANTARA KEMENANGAN ERDOGAN DAN NAJASYI

Oleh: Ustadz Anshari Taslim

Kegembiraan kaum muslimin terutama para pengungsi Syria yang ditampung pemerintah Turki selama ini atas kemenangan Erdogan melawan sang sekuler sekte alavi Kemal Kilicdaroglu mengingatkan kita bagaimana ketar ketirnya kaum muslimin yang sedang hijrah di Habasyah dan harap cemasnya mereka.

Sebagaimana diketahui bahwa kaum muslimin Mekkah yang sedang lemah dan diperintahkan Rasulullah untuk hijrah ditampung oleh Najasyi Raja Habasyah dengan baik dan diberi perlindungan, sehingga mereka bisa hidup aman di sana.

Tapi situasi politik Habasyah sedang genting, Najasyi menghadapi kudeta. Najasyi pun berperang melawan pihak yang mengkudetanya itu. Sampai akhirnya Najasyi memerintahkan kaum muslimin di bawah pimpinan sahabat Nabi Ja'far bin Abi Thalib untuk masuk kapal dan menunggu di laut. Kalau dia menang maka mereka boleh kembali, tapi kalau dia kalah maka silakan Ja'far dan kawan-kawan berlayar kemana pergi.

Saat itulah para sahabat mengutus Zubair bin Awwam untuk berenang menggunakan pelampung meyusuri sungai Nil karena Najasyi dan pasukannya berperang di tepi sungai, untuk memantau perkembangan siapakah yang menang diantara keduanya.

Kesedihan para sahabat digambarkan oleh Ummu Salamah dalam perkataannya,

فَوَاللهِ مَا عَلِمْنَا حُزْنًا قَطُّ كَانَ أَشَدَّ مِنْ حُزْنٍ حَزِنَّاهُ عِنْدَ ذَلِكَ، تَخَوُّفًا أَنْ يَظْهَرَ ذَلِكَ عَلَى النَّجَاشِيِّ، فَيَأْتِيَ رَجُلٌ لَا يَعْرِفُ مِنْ حَقِّنَا مَا كَانَ النَّجَاشِيُّ يَعْرِفُ مِنْهُ

"Demi Allah, kami belum pernah bersedih melebihi kala kejadian ini karena khawatir kalau si pengkudeta ini berhasil mengalahkan Najasyi maka dia adalah orang yang belum tentu bisa memperlakukan kami sebaik Najasyi."

Saat menunggu berita itulah para sahabat berdoa sebagaimana diceritakan Ummu Salamah, 

وَدَعَوْنَا اللهَ لِلنَّجَاشِيِّ بِالظُّهُورِ عَلَى عَدُوِّهِ، وَالتَّمْكِينِ لَهُ فِي بِلادِهِ، وَاسْتَوْسَقَ عَلَيْهِ أَمْرُ الْحَبَشَةِ، فَكُنَّا عِنْدَهُ فِي خَيْرِ مَنْزِلٍ، حَتَّى قَدِمْنَا عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ بِمَكَّةَ

"Kami berdoa kepada Allah agar Najasyi mendapat kemenangan dan berkuasa kembali di negerinya, karena ketika berada di bawah kekuasaannya kami mendapatkan tempat yang baik sampai kami kembali kepada Rasulullah yang masih berada di Mekkah."

Lalu Zubair pun datang berlari dan memberi kabar gembira bahwa Najasyi berhasil memenangkan pertempuran dan orang yang mengkudetanya telah tewas.

Maka para muhajirin yang dipimpin Ja'far inipun bergembira sebagaimana digambarkan oleh Ummu Salamah,

فوالله ما علمتنا فرحنا بشيء قط فرحنا بظهور النجاشي

"Demi Allah, belum kami tahu ada yang lebih menggembirakan kami melebihi menangnya Najasyi melawan musuhnya ini."

================

Kisah lengkapnya ada di Sirah Ibnu Hisyam jilid 1 hal. 272-273 terbitan Dar Ibni Rajab.

Juga dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya nomor hadits 1740, musnad Ja'far bin Abi Thalib, Al-Baihaqi dalam Dala`il An-Nubuwwah dan juga Abu Nu'aim dalam Hilyatul Awliya` dan dalam Dala`il An-Nubuwwah semua bersumber dari Ibnu Ishaq yang berkata,Muhammad bin Muslim bin Syihab menceritakan kepadaku, dari Abu Bakar bin Abdurrahman bin Harits, dari Ummu Salamah.

Sanad ini kuat karena Ibnu Ishaq menggunakan shighat tahdits eksklusif (haddatsani).

===============

Pelajaran dari hadits ini:

1. Disyariatkan berharap menangnya orang yang baik terhadap kaum muslimin.

2. Tidak hanya berharap tapi turut mendoakan kemenangannya agar yang jahat tidak berkuasa, apalagi bila dia muslim melawan kafir. Karena Najasyi waktu itu sebagaimana dalam riwayat Ibnu Hisyam di sirahnya telah menulis surat kepada Ja'far bahwa dia mengakui bahwa tiadak ilah selaian Allah dan Muhammad adalam utusan Allah dan Isa adalah hamba dan utusan Allah.

3. Boleh bergembira dengan menangnya kafir yang lebih ringan melawan kafir yang lebih parah sebagaimana gembiranya kaum muslimin atas kemenangan Romawi melawan Persia.

4. Khawatir dan cemas akan kekalahan bukanlah aib dan tidak menghilangkan makna tawakkal, justru merupakan bentuk ubudiyyah kepada Allah karena menyadari kelemahan diri dan hanya menyandarkan apapun kepada Allah sembari melakukan ikhtiyar minimal hanya berdoa dengan penuh kesungguhan dan tawakkal.

29 Mei 2023.

Baca juga :