Anak kuli angkut Yaman
Muhammad, adalah anak orang miskin di Yaman. Dia hijrah ke Saudi untuk mengubah nasib. Muhammad mendapat pekerjaan pertamanya sebagai kuli angkut di pelabuhan.
Tapi tak lama, ia beralih profesi jadi kuli bangunan di perusahaan Saudi, Aramco. Sebelum merintis bisnis jasa bangun rumah miliknya sendiri.
Ada juga yang menyebut Muhammad langsung bekerja di sektor bangunan saat baru tiba di Saudi.
Karena menekuni dengan telaten selama puluhan tahun, Muhammad meraih kesuksesan. Ia menjelma menjadi kontraktor besar. Bahkan keluarga Kerajaan menggunakan jasanya untuk proyek bernilai triliunan.
Muhammad bin Laden, perantauan miskin dari Yaman, berubah menjadi taipan real estate, ia termasuk orang kaya pertama di Saudi di luar lingkaran dinasti Saud.
Muhammad menikah berkali-kali, salah satu istrinya adalah Aliyah yang dinikahi saat berumur 14 tahun dan Muhammad sendiri berumur 48 tahun.
Aliyah juga keturunan Yaman, marganya Ghanim. Tapi keluarganya tinggal di Latakia Suriah, kabarnya keluarga Aliyah adalah pengikut sekte Syi'ah Nushairiyah.
Setelah dinikahi Muhammad, Aliyah menjadi Muslim Sunni dan dibawa hijrah ke Saudi.
Hanya berselang setahun, keduanya dikaruniai putra yang diberi nama Usamah. Sayangnya pernikahan Muhammad dan Aliyah harus kandas, mereka bercerai saat Usamah masih bayi.
Aliyah kemudian menikah lagi dengan pria keturunan Yaman, dengan nama sama, Muhammad. Dengan marganya Habib Alatas.
Usamah hidup bahagia dengan sang ibu dan ayah tirinya. Ia juga memiliki 4 adik seibu. Mereka dibesarkan dengan nilai-nilai Islami.
Dari pihak ayah, kabarnya Usamah memiliki 53 saudara.
Masa kecilnya normal saja. Usamah tidak pernah mengeyam pendidikan agama yang formal. Seluruh sekolahnya hanya sekolah umum sesuai standar pemerintah. Ia tak hanya menetap di Saudi, tapi juga sempat tinggal di Suriah dan Lebanon.
Kuliah di Saudi dan menjadi insinyur di bidang teknik sipil tahun 1979.
Menurut sang ibu, Usamah mulai berubah tertarik dalam gerakan Islamis yang lebih nyata saat berkuliah.
Usamah mewarisi puluhan juta Dollar harta sang ayah yang meninggal saat dirinya masih berumur 10 tahun.
Seruan jihad Afghanistan menggema ke seluruh dunia Islam. Berbekal harta melimpah ia pun langsung tancap gas membantu mujahidin melawan komunis Uni Sovyet.
Usamah dengan cepat menjadi berpengaruh dan dihormati banyak orang karena kemampuannya membangun jaringan, jalur suplai, rute aman bagi sukarelawan asing, lobi tingkat tinggi ke pemerintah seperti Saudi dan Pakistan, serta sumber daya finansial yang dimiliki.
Jutaan Dollar uangnya disumbangkan untuk membayar visa atau izin melintas di Pakistan bagi calon kombatan asing. Karenanya banyak pemuda Arab bisa masuk lancar ke Pakistan meski hanya bermodal paspor kosong.
Seusai Soviet mundur, ia dianggap sebagai pemuda berprestasi oleh pemerintah Saudi karena membuat orang Arab terlihat keren menghajar komunis.
Di awal 90-an Usamah menjadi pribadi yang politis. Ia menyerukan penghentian konflik internal antar faksi di Afghanistan, menyerukan para pemimpin Muslim bersatu dan mengusulkan agar Saudi mendukungnya menghajar komunis di Yaman.
Jaringannya juga dilaporkan membantu perjuangan Muslim Bosnia dan Chechnya.
Setelah Al-Qaeda menetapkan lawan utamanya bergeser ke Barat (Amerika cs), aksi-aksi pengeboman mulai menarget unsur-unsur Amerika.
Saat itu Al-Qaeda beroperasi layaknya sebuah Universitas. Merekrut, melatih dan melepas para alumni untuk menemukan jalannya sendiri ke berbagai penjuru.
Sebenarnya Usamah sempat lama di Sudan dan fokus berbisnis di sana. Membangun hubungan dengan para militan Mesir.
Anehnya pada 1996 Amerika malah menekan pemerintah Sudan agar mengusirnya lalu pindah ke Afghanistan lewat penerbangan privat tanpa hambatan.
Tahun 1998, serangan brutal mengerikan menghajar kedutaan Amerika di negara-negara Afrika timur, 250 orang menjadi korban. Dengan cepat Amerika menuduh Usamah adalah dalangnya dan menuntut Taliban menyerahkannya ke AS.
Namun Taliban menolak itu dengan alasan Amerika tidak punya bukti. Jikapun ada bukti maka Taliban sendiri yang akan menghukumnya.
Bahkan Mullah Umar (Pemimpin Tertinggi Taliban) sendiri menjamin tidak akan membiarkan siapapun menggunakan tanah Afghanistan untuk menyerang negara lain.
Kejadian berlanjut di tahun 2001, singkat cerita Bush menginvasi Afghanistan hingga akhirnya Usamah dibunuh oleh Navy Seal di Pakistan 2 Mei 2011, tepat 12 tahun lalu.
Pihak keluarga terutama sang ibu tak percaya Usamah menjadi monster kejam yang mendalangi pembunuhan massal. Menurutnya sang putra berada di lingkungan salah. Orang-orang di sekitarnya lah yang paling bertanggung jawab. Putranya tetaplah dianggap sebagai anak baik, sopan dan lembut.
Sementara menurut seorang pejabat intelijen Saudi, Usamah bukanlah tipe kombatan depan. Di awal terjun melawan Soviet, Usamah pingsan saat pertempuran dan baru siuman ketika baku tembak usai.
Bukti keterlibatan Usamah pada mulanya memang sangat minim.
Data-data yang disodorkan pemerintah Amerika selalu memiliki missing link, alias tak ada perintah bersanad dari Usamah atas aksi-aksi yang dilakukan pendukungnya.
Para pendukung yang lebih moderat mengklaim Usamah tak mungkin mengotaki langsung serangan-serangan teror, apaplagi sampai membahayakan nyawa Muslim. Mereka menuduh pelaku utama adalah orang-orang Takfiri yang bergerak liar seenaknya.
Pemerintah Inggris meskipun menyimpulkan Usamah adalah dalang serangan 9/11, namun mereka ragu dengan kelayakan bukti, apakah bisa diterima Pengadilan.
Kualitas penyidik Barat bahkan lebih mirip pengepul kliping koran. Mereka mengumpulkan pernyataan kontroversial dan ekstrim. Kait sana sini, plintir sana sini. Dengan metode sama Taliban juga kena tuduh sebagai sponsor terorisme.
Sebuah rekaman ditemukan CIA di markas yang digrebek di Jalalabad diklaim sebagai bukti perencanaan 9/11, ternyata kualitas terjemahan versi CIA diragukan.
Amerika akhirnya mendapatkan "bukti" kuat di tahun 2006, dimana transkrip ucapan Usamah mengarah pada ucapan bertanggung jawab dan memerintah 19 pelaku. Tujuan transkrip pengakuan ini adalah menunjukkan pada rakyat AS bahwa pemerintahnya selama ini menghukum dan menyiksa orang-orang yang tak terlibat.
Beda dengan dengan kasus bom Bali, dimana Polri berhasil menemukan DPR 15463 di rangka mobil yang lupa digerus oleh Amrozi. Nomor itu ternyata nomor KIR dari Dishub bahwa mobil dulunya khusus untuk pariwisata.
Dari nomor ini akhirnya terlacak siapa pembelinya. Dan terungkaplah semua hanya dalam hitungan bulan.
(Pega Aji Sitama)