U-20 dan Sentilan Pedas Tere Liye

U-20

By TERE LIYE

Hari ini, lebih banyak orang sok patriot siap mengabdi jadi komisaris BUMN. Siap berkorban demi jadi pejabat-pejabat. Merasa dia paling berjasa bagi negeri, lupa jika dia mendapatkan semua dana operasional, fasilitas, kekuasaan. Dan lebih lucunya, dijilati oleh para netizen.

Kalian tahu, di Indonesia itu banyak loh pahlawan yang gugur di usia masih sangat belia. Yuks mari berkenalan dengan tiga diantaranya.

Yang pertama, Martha Christina Tiahahu.

Lahir tahun 1800, putri dari seorang Kapitan di tanah Maluku. Ayahnya gagah berani melawan penjajah yang hendak menguasai tanah mereka, salah-satu bagian yang mendukung Kapitan Pattimura. Terbiasa menyaksikan perang, maka Martha tidak mau ketinggalan. Ikut berperang. Usianya baru 14-17 tahun, dia sudah biasa menyerbu lawan. Membawa tombak. Patah tombaknya, ambil batu2, lemparkan ke musuh. Wah, anak jaman sekarang, usia segitu, entah apa yg dilakukan.

Nasib. Dalam sebuah perang, rombongan tempur ayah Martha kalah. Ayahnya tertangkap, lantas dihukum tembak mati. Menyusul kemudian Martha juga tertangkap. Mungkin karena dia masih remaja, Belanda memutuskan mengasingkannya ke tanah Jawa.

Di perjalanan, Martha jatuh sakit. Dan dia menolak diobati oleh dokter Belanda. Dia akhirnya gugur. Jasadnya dikebumikan di laut lepas. Menyusul pahlawan2 besar tanah Maluku, para Kapitan. Berapa usianya saat meninggal? 18 tahun kurang 2 hari. Alias U-20.

Nama kedua dan ketiga adalah: Muhammad Toha dan Muhammad Ramdan.

Mereka berdua teman. Nama2 ini terkenal di Bandung. Karena jadi nama jalan di sana. Di luar Bandung? Tidak banyak yang tahu.

Toha lahir 1927, usia 2 tahun, dia yatim. Pernah masuk SR, hingga kelas 4. Saat Jepang datang, Toha mulai masuk militer, Seinendan. Sambil jadi montir di bengkel. Jepang kalah perang, sekutu tiba di Bandung. Sekutu dgn congkak menyuruh tentara rakyat, dkk menyerah. Enak saja, Tidak mau.

Ramdan juga sepantaran Toha, remaja yang tinggal di Bandung jaman itu. Hobi mancing sambil mengawasi Belanda.

Rangkaian inilah yang berujung gugurnya Toha dan Ramdan, tahun 1946. Beberapa bulan setelah Bandung Lautan Api, saat dia menyerang gudang senjata sekutu. Toha dan Ramdan dengan gagah berani meledakkan dirinya bersama di sana. Berapa usia mereka saat gugur. 19 tahun. Alias U-20.

Masih banyak nama2 pahlawan lain yang bahkan tidak pernah tercatat. Mereka mati melawan penjajah. Wah, jangan sok tahu soal pengorbanan, apalagi membual telah berbakti pada nusa dan bangsa deh. Sok patriot, sok nasionalis, dibanding dengan kisah2 ini.

Perang melawan penjajah di tanah Indonesia itu baru loh. Belum 100 tahun. Tapi sedihnya, kita bahkan sudah banyak lupa. Orang2 dulu, benar2 mati demi kemerdekaan. Tahu definisi mati? Dan itu dilakukan dengan penuh kesadaran. Saat Martha berteriak melemparkan batu2 ke serdadu Belanda, itu tidak pernah sebanding dengan pengorbanan kita hari ini.

Saat Toha memeluk erat granat, menatap gudang senjata yang dipenuhi mesiu. Beberapa detik sebelum gudang itu meledak, dan dia mati. Dari 11 tentara rakyat, mayat Toha tdk ditemukan, boleh jadi sudah hancur lebur tidak tersisa. Saat Toha berteriak untuk terakhir kalinya, sungguh my friend, itu tidak sebanding dgn pengorbanan siapapun hari ini yg mengaku paling NKRI, paling Pancasilais.

***

Hari ini, lebih banyak orang sok patriot siap mengabdi jadi komisaris BUMN. Siap berkorban demi jadi pejabat2. Merasa dia paling berjasa bagi negeri, lupa jika dia mendapatkan semua dana operasional, fasilitas, kekuasaan. Dan lebih lucunya, dijilati oleh para netizen.

Bacalah lagi kisah2 pahlawan U-20 dari Indonesia ini. Mereka mati demi kemerdekaan. Dan itu bukan cuma basa-basi. Itulah yang membuat founding fathers dulu menulis di mukadimah konstitusi kita: Bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa.

Eh kamu malah lain, 'Bahwa jabatan adalah hak mantu, anak, kerabat, sanak famili, dkk.' Untuk kemudian merasa berprestasi dari hasil survey. Mbuh deh.

(fb)
Baca juga :