BY TERE LIYE
Saya pernah menghadiri acara literasi Gubernur ini, tapi saat dia masih jadi Bupati. Saya bicara di depan ratusan anak-anak SD, SMP, SMA yg datang. Tentang pentingnya mendidik anak-anak suka membaca, menulis, agar sejak kecil mereka punya karakter terbaik. Pak Gubernur ada di sana.
Saat berita yang saya screenshot ini keluar 12 hari lalu, saya terdiam. Lama. Seolah lagi salah baca berita.
Sebenarnya, capek sekali melihat situasi di negeri ini. Banget. Pada titik tertentu, bahkan bodo amatlah. Tapi baiklah, mari dibahas saja. Mau tersinggung, bodo amat.
Boleh pejabat beli mobil dinas? Boleh. Untuk menunjang aktivitasnya. Tapi ayolah, beli mobil listrik seharga 1,3 milyar? Beli 8 sekaligus, semua pejabat elit dapat. Gubernur, Wagub, Sekda, Ketua DPRD, dll. Dibagikan dengan mudahnya. Bim salabim! Nangkring depan rumah itu mobil.
Bayangkan, beli mobil dinas seharga 1,3 milyar. Ambil speks tingginya, sekaligus hajar 8 langsung. Apakah mobil dinas yg lama sudah rusak? Well, selalu ada argumennya sih. Kan katanya mau menuju era mobil listrik, presiden sudah ngasih instruksi.
Capek. Banget.
Karena memang tidak se-frekuensi lagi berpikirnya. Mau kemanapun argumen yang coba saya sampaikan, sebelah sana tidak merasa ini keliru. Apa yang dilanggar? Semua sesuai prosedur? Itu hak saya dong sebagai pengambil keputusan?
Upah Minum Provinsi (UMP) Riau itu 3,2 juta. Maka coba hitung, pekerja di sana butuh berapa bulan untuk terkumpul 1,3 milyar? Gaji pembantu di Riau itu mungkin sekitar 1,2 juta. Maka Bibi ini perlu 1.000 bulan lebih buat terkumpul. Ngalahin lailatul qadr. Angka stunting di Riau 17%. Tingkat kemiskinan, pengangguran, dll, coba fokus ke sini dulu.
Dengan realitas rakyat seperti ini, boleh pejabat beli mobil dinas 1,3 milyar? Apakah mendesak sekali? Memangnya mobil yg lama sdh jelek?
Well, terserahlah.
Besok-besok, saya tidak tahu akan buat apa mobil 1,3 milyar ini. 100% akan betulan dipakai dinas? Atau tercampur urusan keluarga? Kondangan? Nganter istri, anak ke mall? Jalan2 ke tempat teman? Cuma nanya loh ini. Tidak perlu marah2.
Btw, Pak Gubernur, itu sekda yg keluarganya flexing di medsos gimana urusannya? Atau itu tidak penting?
(Tere Liye)
*fb