Abu Sa'id al-Khudri adalah Sahabat Nabi saw dari golongan Ansar (orang² Madinah). Ia mengajukan diri untuk berperang dalam Pertempuran Uhud, Rasulullah menolaknya karena pada waktu itu usia beliau masih 13 tahun, baru pada pertempuran selanjutnya Rasulullah mengizinkan dia ikut serta.
Abu Sa’id al-Khudri bersama Rasulullah ikut serta dalam perang Bani Musthaliq, perang Khandaq dan perang perang sesudahnya, secara keseluruhan ia mengikuti 12 kali peperangan, disebutkan meninggal pada tahun 74 H.
Ia merupakan salah satu perawi hadits yang paling banyak digunakan oleh umat Muslim. Jumlah hadis yang diriwatkan melaluinya berjumlah 1170 hadits, hal ini membuatnya termasuk dalam tujuh orang paling produktif dalam meriwayatkan hadits.
Banyak para sahabat yang usianya lebih muda meriwayatkan hadits darinya, antara lain: Anaknya sendiri Aburahman, istrinya Zainab bin Ka’ab bin Ajrad, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Abu Thufail, an Nafi’ (guru imam Malik) dan Ikramah bin Abu Jahal.
Dalam Fathul Bari ada sebuah riwayat hadist tentang Abu Said al Khudri... sepulang dari perang Khandaq, sa'at situasi kaum muslimin kembali "Normal". Rasulullah berjumpa dengan salah seorang sahabat bernama Abu Sa'id Al Khudri di salah satu sudut kota Madinah.
Penampilannya lusuh tubuhnya hitam dengan sisa bau keringat menyengat disebabkan ia bekerja kasar sebagai seorang tukang pemecah batu di bawah terik matahari. Saat dijumpai Rasulullah, ia sedang bekerja memecahkan batu-batu besar dengan palu.
Pekerjaan itu sudah lama ditekuninya demi memberikan nafkah untuk anak istrinya. Abu Sa'id Al Khudri tampak tersipu malu-malu menjulurkan tangannya saat Rasulullah mengajaknya bersalaman. Ia menyadari tangannya kasar dengan kepalan-kepalan yang sangat menonjol dan mengeras.
"Ada apa dengan tanganmu wahai Sa'id?" tanya Rasulullah sembari memegangi tangan sahabat itu.
"Tanganku ini melepuh ya Rasulullah" jawab Abu Sa'id Al Khudri agak malu. "Tanganku melepuh karena begitu banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan," demikian jawaban Abu Sa'id Al Khudri.
Rasulullah trenyuh melihat perjuangan Abu Said mencari rizki Allah Swt yang halal tanpa mengemis dan meminta-minta.
Mendengar jawaban itu Rasulullah segera menggenggam tangan sahabatnya. Sesaat kemudian, Rasulullah mencium telapak tangan yang melepuh tersebut seraya bersabda :
"Hadzihi yadun laa tamatsaha narrun abada”
(Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya).
Terang saja, Abu Sa'id Al Khudri merasa tidak pantas, tangannya yang kasar, kotor, berdebu, berpeluh keringat itu dicium oleh seorang Nabi dan Rasul yang mulia.
Abu Sa'id Al Khudri berusaha melepasnya, namun Rasulullah menariknya, "Biarkan wahai Sa'id, biarkan tangan ini nanti yang akan membawamu ke syurga!".
Abu Sa'id Al Khudri menangis tersedu, Ia terenyuh dia tidak membayangkan tangannya yang hina ternyata mulia di sisi Allah Swt dan Rasul-Nya yang dinilai dengan ganjaran syurga.
Jihadmu demi keluarga merupakan hal yang berpahala untukmu dan menjadikanmu lebih mementingkan keluarga dari kepentingan pribadi sehingga hilang ketamakan (serakah) dari hatimu.
والله اعلم
(Musa Muhammad)