[PORTAL-ISLAM.ID] Pencapresan misterius Ganjar Pranowo oleh PDIP untuk Pilpres 2024 diulas oleh pengamat politik Rocky Gerung dalam perbincangan dengan wartawan senior FNN, Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, Jumat (28/04/2023).
Rocky mencatat ada tiga persoalan serius di PDIP pasca pencapresan Ganjar:
Pertama terjadi oposisi di tubuh PDIP itu sendiri, kedua KIB bentukan Jokowi porak-poranda, dan ketiga masa depan Puan Maharani mengamankan trah Sukarno.
Dengan adanya perpecahan di tubuh koalisi penguasa, Rocky menyebut ada dua Ganjar dalam situasi saat ini.
"Ada dua Ganjar, yakni Ganjar yang sedang dipromosikan Mega, dan Ganjar yang tetap ingin ditempeli oleh Jokowi. Uniknya di dalam keterbelahan Ganjar itu, ada makhluk-makhluk politik di sekitar Jokowi yang berupaya mengirim calon wakil presidennya," kata Rocky.
Menurut Rocky hal ini terjadi karena sesungguhnya ada persoalan amplop, apakah Ganjar akan ditempeli amplop Sandi atau amplop dari Erick Thohir.
"Kalau Jokowi kumpulin KIB lagi, pasti pembicaraannya seputaran (amplop) itu," tegasnya.
"Soal transaksi, sampai saat ini koalisi itu (KIB.red) belum bisa disebut utuh atau bahkan bisa pontensi untuk pecah lagi, jadi tawar menawar adalah ciri utama ketika Ganjar terpilih," tambah Rocky.
Hersu juga menanyakan kepada Rocky, mustinya kalau Ganjar itu memang diasuh oleh Jokowi mungkin PDIP sudah tahu cara main dengan Jokowi, akan tetapi ketika urusannya dengan PDIP para pemodalnya pasti juga mikir-mikir karena ini soal biaya yang besar untuk pemilu.
"Iya, kalau memang Ganjar diasuh oleh Jokowi, oligarki sudah tahu berapa yang harus keluar, tapi kalau diasuh oleh PDIP akan ada dua faksi yang akan meras dengan caranya masing-masing. Jadi oligarki bingung. Jokowi berupaya memberi kesan kalau Ganjar itu dalam pengaruh dia, tapi PDIP merasa kalau memang dalam pengaruh Jokowi tentunya kemampuan Ganjar untuk dikendalikan Mega jadi berkurang," kata Rocky.
Lebih lanjut Rocky menegaskan bahwa posisioning Ganjar itu semakin lemah pasca diumumkan sebagai Capres.
Ganjar dihadapkan pada pilihan dilematis, di satu sisi dia tahu kalau tiket itu hanya milik Megawati, akan tetapi kalau Ganjar sepenuhnya untuk Megawati, maka dia tidak akan mendapat limpahan suara dari Jokowi.
Hal ini terlihat dari kelompok Relawan Jokowi yang tidak terlalu antusias menyambut pencapresan Ganjar oleh PDIP.
Ketua Panitia Musyawarah Rakyat (Musra) Panel Barus menyebut deklarasi Ganjar Pranowo sebagai calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), tak mendapat sambutan antusias dari kelompok relawan Jokowi.
Musra merupakan forum yang digelar relawan Jokowi untuk menghimpun keinginan elemen masyarakat terkait capres-cawapres untuk Pemilu 2024.
"Kalau saya boleh menilai, ada perbedaan suasana yang cukup signifikan saat Mas Ganjar dicapreskan dan saat Jokowi dicapreskan. Saya melihat langsung gegap gempita rakyat saat Jokowi dicapreskan dulu berbeda dengan hari ini," kata Panel saat dihubungi Tempo, Jumat, 28 April 2023.
Panel mengatakan pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019, dirinya menjadi koordinator relawan Jokowi. Saat PDIP mengumumkan eks Gubernur DKI Jakarta itu sebagai capres, Panel menyebut sambutan masyarakat sangat besar bahkan banyak kelompok yang mengatasnamakan relawan Jokowi.
"Bahkan ada kelompok yang tinggal di gang, itu bikin kelompok relawan Jokowi," kata Panel.
Namun, ia mengatakan hal berbeda terjadi saat Ganjar diusung sebagai capres PDIP pada 21 April 2023. Panel tak tahu apa yang membuat antusiasme dukungan terhadap Ganjar tidak seperti Jokowi dulu. Bahkan, kata dia, tidak banyak simpul relawan Jokowi yang beralih menjadi pendukung Ganjar.
"Ini kan banyak yang spontan tidak mengeluarkan dukungan hari ini. Kalau dulu kan meluber," kata dia. (*)