Catatan: Budi Saks
Koalisi Besar sebetulnya masih tahap penjajagan walau kecenderungannya memang kesana arahnya tinggal bagaimana Prabowo bisa ngadem-ngademin semua pihak karena semua ngotot mau jadi cawapresnya, lha kalau salah satu dikasih terus lainnya minimal menterilah. Yang penting sesuai bidangnya aja.
Kayak Airlangga kalau jadi menteri perindustrian atau teknologi sesuailah karena memang sarjana teknik. Walau di Golkar sendiri ada beberapa faksi. Sementara Perindo bisa jadi mengusulkan HT jadi cawapres, juga minimal salah satu menteri kabinet.
Di sisi lain koalisi kecil kubu Surya Polah lebih rentan karena salah satu partai pendukungnya yaitu Demokrat sedang menghadapi dua ganjalan satu dari internalnya sendiri yaitu kubu Moeldoko dan dari mantan ketua umumnya Anas Urbaningrum yang dikorbankan dalam kasus Hambalang. Sementara PKS melihat kenyataan ini petingginya keluarkan sinyal rekonsiliasi politik dengan Gerindra.
Apalagi mengingat para pendahulu PKS masa PK yang tidak lagi mendukung PKS dan gelombang aktivis aktivis muda potensialnya yang pindah ke partai Gelora besutan Anis Matta dan Fahri Hamzah membuat partai yang suaranya terus turun ini harus jujur melihat realitas yang ada.
Sementara dengan pindahnya Sandi ke PPP (walau belum resmi) namun PPP nya malah masuk koalisi Prabowo sebetulnya jelas cuma strategi Prabowo saja untuk menyebar jaring kader di partai lain selain memberi ruang gerak lebih luas buat Sandi daripada cuma di Gerindra yang makin penuh sesak.
Bisa saja capres Gerindra cawapres PPP alias skema Prabowo-Sandi terulang lagi...
Siapa yang tahu ?
Tapi ya itu tergantung bagaimana Prabowo bisa melobby dan akomodir semua pendukungnya termasuk cak Imin yang masih nganggur karena nampaknya Mega pun sudah menerima fakta kalau Puan tak diterima luas dan akan majukan Ganjar Pranowo sebagai bargaining ke Prabowo.
Mungkin...
(*)