[PORTAL-ISLAM.ID] Malam lailatul qadar berada pada 10 malam terakhir bulan Ramadan, malam ini penuh dengan kemuliaan dan bahkan lebih baik daripada seribu bulan.
Sejarah mencatat peristiwa penting yang terjadi pada Rasulullah SAW ketika malam lailatul qadar.
Merujuk pada Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir karya Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, bahwa pada malam lailatul qadar Allah SWT menurunkan Al-Qur'an secara sekaligus ke Baitul Izzah di langit dunia.
Setelah itu, Al-Qur'an diturunkan bagian demi bagian selaras dengan peristiwa yang terjadi kepada Rasulullah SAW. Hal ini juga dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ
Artinya: "Sesungguhnya Kami (mulai) menurunkannya pada malam yang diberkahi (Lailatulqadar). Sesungguhnya Kamilah pemberi peringatan." (QS Ad-Dukhan: 3)
Ikrimah meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata, "Al-Qur'an diturunkan pada bulan Ramadan, yaitu pada malam kemuliaan, ke langit dunia ini secara sekaligus."
Muhammad Hatta al-Fatah dalam buku 40 Sumpah Terdahsyat Dalam Al Quran, juga menjelaskan bahwa pada malam lailatul qadar Rasulullah SAW diangkat oleh Allah SWT menjadi nabi dan rasul penutup.
Pada saat itu pula Nabi Muhammad SAW pertama kali menerima wahyu dari Allah SWT melalui Jibril, yaitu surah al-Alaq ayat 1-5. Bukan hanya itu, pada peristiwa malam lailatul qadar Allah SWT mengizinkan semua malaikat yang mengurusi manusia dan bagian kesejahteraan bumi turun di bawah pimpinan malaikat Jibril untuk melaksanakan tugasnya.
Oleh karena itulah, sepanjang malam ini diliputi oleh kedamaian dan kesejahteraan sampai dengan terbit fajar.
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri dalam buku Ar-Rahiq al-Makhtum-Sirah Nabawiyah, menceritakan mengenai Jibril yang menyampaikan wahyu kepada Rasulullah SAW.
Pada malam 21 Ramadan, di saat usia Nabi Muhammad SAW mencapai 40 tahun, beliau mendapatkan wahyu untuk pertama kalinya dan diangkat menjadi Nabi dan Rasul Allah SWT.
Aisyah RA menuturkan, "Turunnya wahyu kepada Rasulullah diawali dengan ru'yah shadiqah (mimpi hakiki) dalam tidur. Beliau bermimpi dengan mimpi yang sangat jelas, sejelas terangnya waktu fajar."
Kemudian beliau mulai suka mengasingkan diri di Gua Hira. Beliau ber-tahannuts di dalamnya beberapa malam lalu pulang kepada keluarganya karena harus berbekal untuk tinggal di sana. Setelah itu malaikat Jibril datang dan membawa wahyu untuk Nabi Muhammad SAW.
Malam lailatul qadar berada pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan, hal ini sesuai dengan hadis dari Rasulullah SAW, beliau bersabda,
هي فِي الْعَشر الأواخر منْ رَمَضَانَ
Artinya: "Lailatul qadar itu berada pada sepuluh malam yang terakhir dari bulan Ramadan." (HR Ahmad, Bukhari, dan Abu Dawud)
Tepatnya, pada malam-malam ganjil dari bulan tersebut, yaitu pada malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dan dua puluh sembilan.
Ubay bin Ka'ab RA pernah bersumpah bahwa lailatul qadar jatuh pada malam kedua puluh tujuh. Lalu ditanyakan kepadanya: "Dengan apa engkau mengetahui hal itu? Ubay menjawab: Aku mengetahuinya melalui tanda-tanda yang diberikan oleh Rasulullah SAW, bahwa matahari akan terbit pada pagi harinya seperti bejana tembaga yang tidak memancarkan sinarnya." (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)