OPOSISI, HOAX DAN KENAIFAN BERPOLITIK

OPOSISI, HOAX DAN KENAIFAN BERPOLITIK

By Azwar Siregar

Saya masih ikut aktif di beberapa WAG atau Group WhatsApp Kelompok Oposisi mantan Pendukung Pak Prabowo di Pilpres 2019.

Kebanyakan Group bubar atau mengganti nama setelah menganggap Pak Prabowo berkhianat dengan bergabung dengan Rezim Pak Jokowi.

Kalau berganti nama, biasanya tidak jauh dari Tema "Pejuang Islam", "Penengak Kebenaran" atau "melindungi NKRI". Semua kata-kata yang mewakili atau minimal menyiratkan Heroisme dan Perlawanan kepada Rezim berkuasa.

Sebenarnya tidak ada masalah. Bagus juga. Karena sistem bernegera kita secara formal tidak mengenal istilah Oposisi, maka rakyat lah walaupun secara informal mengambil alih tanggung jawab itu. Mengawasi dan terus memberikan kritik terhadap kebijakan Pemerintah.

Masalahnya, seringkali kita (baca : Kelompok Oposisi) ini masih sangat sederhana logika dan pemahaman berpolitiknya. Akibatnya mudah jadi korban Berita Hoax dan "diarahkan" oleh para Politikus sesuai keinginan dan untuk mencapai tujuan mereka.

Saya sering membaca Berita Hoax dan Opini Sesat yang disebar berkali-kali di Group WhatsApp yang saya ikuti. Seringkali cuma bermodalkan foto yang kemudian ditambahi "kepsyen" provokatif. Atau Opini Sesat yang bersumber dari Portal Media abal-abal yang tidak jelas.

Sesekali akan saya coba luruskan. Tapi lebih sering saya diamkan. Ngga enak. Karena di WAG yang saya masih bertahan, berarti saya mengenal secara pribadi beberapa Anggota WAG tersebut.

Saya tahu, banyak Pendukung Pak Prabowo di Pilpres 2019 yang kemudian berbalik membenci beliau setelah bergabung dengan Rezim Pak Jokowi adalah orang-orang baik. Sebagian besar saya bahkan mengenal mereka secara pribadi. Orang-orang tulus yang ikhlas berjuang demi Negeri ini.

Sayangnya banyak diantara mereka terlalu "suci" memandang Politik. Menganggap Politik hanya hitam dan Putih. Bahkan kadang lupa dan menjadikan Politik seperti Agama. Bahayanya seringkali mereka terlalu naif dengan menganggap yang kelihatan adalah kenyataan.

Akibatnya banyak diantara kawan-kawan dengan mudah dimanfaatkan para Politikus sesuai kepentingan dan tujuan mereka. Terutama Kelompok Oposisi. Asal dianggap berani "melawan" Jokowi maka akan disambut dengan gegap-gempita.

Padahal Politik adalah Sandiwara. Politik adalah Strategi. Politik adalah Seni. Dan Politik adalah Kepentingan.

Sampai detik ini, tidak ada satupun Capres yang akan "melawan" Pak Jokowi. Kalaupun ada itu cuma permainan kata dan khayalan semata. Misalnya yang mengaku-ngaku Koalisi Perubahan dan Persatuan.

Apanya yang mau dirubah kalau Pengusung Utamanya adalah Pengusung Utama Pak Jokowi juga selama dua periode?

Apanya yang mau bersatu kalau setiap hari yang keluar adalah narasi-narasi perpecahan dan menuduh orang lain sebagai Kelompok Komunis dan anti Islam?

Kalau Presidennya yang berubah, ya jelas. Sesuai aturan Konstitusi, pada Pilpres 2024 Pak Jokowi sudah tidak boleh maju lagi.

Presiden "berubah". Tapi pada dasarnya "Dalangnya" masih sama. Masih Bu Mega, Pak Surya Paloh, Oppung LBP, Pak Jusuf Kalla juga. Para Ketua Partai, para Penyandang Dana dan Orang-orang yang sama yang sekarang dibalik "kesuksesan" Pak Jokowi.

Kata kasarnya ya Pionnya berubah tapi Dalangnya masih tetap sama. Artinya yang berubah cuma Pion alias Wayangnya.

Kalau mau benar-benar berubah, ya pilih Capres yang menjadi Wayang sekaligus Dalang. Capres yang punya modal Partai. Punya Modal Uang untuk Kampanye maju Pilpres. Itu baru TOP-lah menurut saya.

Jangan kandidat yang cuma bermodalkan hutangan. Hutang dana dan hutang budi kepada Ketua Partai yang mengusungnya. Itu sama saja dengan Boneka. Boneka Part Dua. Apanya yang berubah?

Tapi ya sudah, lanjutlah. Semua pemikiran orang berbeda-beda. Dan pemikiran yang berbeda dijamin oleh Konstitusi kita. Asal tidak melanggar hukum. Asal tidak menyebar hoaks dan fitnah.

Selamat menjalankan Puasa di sepertiga akhir. Insya Allah, kita akan menggapai kemenangan di Idul Fitri yang menjelang. Dengan berkah Ramadhan, bangsa kita juga akan selalu dijaga-Nya. Aamiin ya Rabbal Alamin.

(fb)
Baca juga :