Catatan Naniek S Deyang:
Keajaiban selalu datang saat kita memasrahkan pada yang di Atas. Ternyata tulisan saya soal pertemuan saya dengan anak konglomerat menggema dari Sabang - Merauke. Padahal saya tidak merancang tulisan utk viral, saya kalau menulis ya menulis saja.
Kebetulan saya punya HP dengan beberapa Nomer, dan satu nomer di antarnya adalah nomer saya sejak 20 tahun lalu. Nah di nomer yg hampir jarang saya buka itu, tetiba masuk nomer2 kawan lama, atau orang yg memusuhi saya karena sy mendukung Pak Prabowo sejak tahun 2014.
Mereka seperti tersadar bahwa, sayalah selama ini yg ternyata berpijak pada kebenaran. Mereka yg dulu mati-matian membela Pak Jokowi ternyata ada yg terkena kasus, atau bisnisnya ambrol, dan ternyata tidak ada yg menolong.
Gak ada rasa sakit, gak ada dendam di hati saya, kala mereka menyapa saya dan saya menyambut dengan antusias rencana pertemuan dengan beberapa kawan lama.
Saya katakan, "kenapa dulu kita harus bermusuh, kalau ternyata permusuhan itu tdk menghasilkan apa2 utk kita. Situ yg jagoannya menang kecipratan gak seberapa setelah itu ambruk, saya yg kalah memang tdk menjadi apa2 tapi saya Alhamdulillah masih punya kesempatan berguna utk kaum dhuafa dan anak2 yatim," tulis saya di WA.
Lalu saya ngajak, sudahlah kita jangan bermusuh lagi hanya karena perbedaan pilihan. Kita ini kan sama-sama hamba Allah, tidak ada yg hebat di antara kita. Pada saatnya siapapun pasti akan jatuh, cepat atau lambat, utk apa kita memuja orang berlebihan.
Entahlah saya tetiba tidak mau bermusuhan dengan siapapun, kalau ada kesal di hati saya itu hanya pada orang yg lebay memuja orang2, padahal mereka nggak tau yg sebenarnya, sebaliknya memaki atau membully orang yg kayak ngerti persoalan saja.
Saya tau dengan sangat baik, siapa itu Anies Baswedan? siapa itu Ganjar Pranowo? siapa itu Prabowo Subianto? Siapa itu Sandi Uno, Siapa itu Erick Thohir dll.
Jadi ya gak usah menggurui sy, apalagi membully dengan kata2 kasar..
(fb)
