Legasi Anies Baswedan, Transportasi Publik Kelas Dunia

[PORTAL-ISLAM.ID] JAKARTA - Pagi itu, Jumat (14/10/2022), Pangestu, 25, warga Solo yang tengah bekerja sebagai ASN di Ketapang, Kalimantan Barat merasakan begitu mudahnya ia berpergian di Jakarta dengan sarana transportasi umum terpadu yang sudah tersedia. Ia mengaku cukup terkejut dengan kemudahan transportasi umum di Jakarta.

Ia yang baru kembali lagi ke Jakarta sejak lima tahun lalu, begitu takjub dengan perubahan Ibu Kota Negara ini. Selain tata kota dan jalanan yang pusat kota yang menjadi lebih indah dan teratur, sarana transportasi yang dimiliki Jakarta juga lebih mudah dan terpadu.

“Saya menginap dua malam di hotel di Kawasan Kota Tua, untuk kembali lagi ke Ketapang hari ini. Saya diberitahu petugas hotel untuk berpergian ke berbagai tempat sekadar jalan-jalan tidak perlu pakai taksi, pakai TransJakarta saja. Saya coba, ternyata benar, lebih mudah tinggal jalan keluar hotel menuju halte sudah bisa ke mana-mana, ke Sarinah, trus Blok M mudah banget,” kata Pangestu yang ditemani dua orang temannya.

Ia yang hendak pergi ke Bandara Soekarno-Hatta pun hanya tinggal menggunakan TransJakarta, kemudian pindah ke Kereta Bandara di Stasiun BNI City, langsung sampai tanpa perlu macet-macetan. “Tarifnya juga murah, jauh lebih efisien ketimbang pakai taksi,” tambahnya.

Kemudahan sistem transportasi ini tak hanya dirasakan Pangestu. Banyak warga Jakarta dan wilayah sekitarnya yang sudah menikmati kemudahan transportasi umum di Jakarta. Amin, 36 warga Cibinong, merasakan kemudahan menggunakan transportasi dari rumahnya menuju kantornya di bilangan Kuningan, Jakarta. Dengan moda TransJakarta yang terintegrasi dengan MRT ia menjadi lebih mudah ke tempat pekerjaannya tak perlu lagi menggunakan mobil pribadinya.

Transportasi Publik Kian Mudah

Kemudahan transportasi ini saat ini sudah banyak dinikmati bagi warga Ibu Kota. Tak dipungkiri sistem transportasi publik semakin baik selama lima tahun masa jabatan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sejak 2017 lalu. Pembenahan transportasi publik menjadi salah satu fokus yang dilakukan di era ini.

Dari mulai menambah armada angkutan umum seperti Bus TransJakarta, memperbaiki fasilitas dan pelayanan transportasi publik, hingga memperluas jangkauan rute angkutan umum. Juga mengubah sistem transportasi menjadi lebih terintegrasi melalui JakLingko.

Upaya ini sebagai salah satu cara agar bisa lebih menarik sebanyak-banyaknya warga untuk menggunakan transportasi umum sekaligus menekan penggunaan kendaraan pribadi. Tentunya dengan moda transportasi yang mudah, nyaman, murah dan terintegrasi.

Uniknya, pengembangan sistem transportasinya yang dilakukannya Anies Baswedan bukan hanya pada peningkatan pemanfaatan sistem BRT (Bus Rapid Transit) yaitu bus besar TransJakarta, tetapi juga meliputi kendaraan-kendaraan kecil selevel angkot yang disebut mikrobus dengan program JakLingko-nya.
Menurut catatan Dinas Perhubungan DKI Jakarta, saat ini terdapat sembilan rute baru non-BRT atau layanan TransJakarta tanpa halte dan Mikrotrans. Kemudian pada radius 500 meter, sekitar 95 persen penduduk Jakarta telah terjangkau layanan angkutan umum. Layanan Mikrotrans yang beroperasi mencapai 69 trayek dengan jumlah armada mencapai 1.724 unit dengan jumlah penumpang mencapai 234 ribu per hari.

Sedangkan TransJakarta, baik untuk BRT dan non-BRT, dilayani 179 trayek dengan armada 1.869 unit dengan jumlah penumpang mencapai satu juta orang. Sementara itu, jalur pedestrian mencapai 337 kilometer untuk mendukung akses pejalan kaki ke layanan angkutan umum dan jalur sepeda sepanjang 103 kilometer. Selain itu ada juga MRT sepanjang 16 kilometer dengan jumlah penumpang rata-rata per hari mencapai 123 ribu dan LRT per hari mencapai 4.462 orang.

Prasarana Pendukung

Tak hanya memperkuat armada dan pengembangan sistem transportasinya, Anies juga getol membangun jembatan penyeberangan orang (JPO) yang nyaman bagi pejalan kaki, sehingga bisa terintegrasi dengan angkutan umum seperti di kota-kota besar dunia. Bahkan integrasi antarmoda transportasi di Jakarta ini, mencakup integrasi mikrobus JakLingko dengan TransJakarta, integrasi dengan MRT dan LRT serta integrasi transportasi secara fisik (halte-halte bersama antarmoda transportasi) berikut sistem pembayarannya.
Belum lagi penataan kawasan transportasi publik milik DKI bersama transportasi publik milik pemerintah pusat seperti KRL, pengembangan armada bus listrik yang ramah lingkungan, serta mengubah fungsi terowongan Kendal sebagai area khusus pejalan kaki yang menghubungkan stasiun KRL, stasiun MRT Jakarta, halte TransJakarta dan Kereta Bandara.

Selain itu, Anies juga melakukan pembangunan jalur sepeda, sehingga meningkatkan jumlah pesepeda 500 persen di masa COVID-19. Lalu ada sistem bike-sharing untuk para pesepeda, serta mengubah fasilitas Park and Ride Thamrin 10 menjadi ruang usaha ekonomi kreatif.

Selain peningkatan layanan angkutan umum, Dinas Perhubungan DKI juga melakukan pengendalian kebutuhan penggunaan mobil dan motor di antaranya melalui kebijakan ganjil-genap dan manajemen parkir. Selanjutnya, kawasan berbasis transit, kawasan rendah emisi, dan pengendalian lalu lintas kendaraan bermotor termasuk yang menggunakan skema pengendalian uang elektronik.

Tiga Indikator Penting

Gubernur Anies Baswedan dalam berbagai kesempatan mengungkapkan tiga indikator peningkatan kualitas transportasi umum di Jakarta. Ketiganya yakni integrasi, jangkauan, dan jumlah pengguna kendaraan umum (ridership).

Poin terpenting dari perkembangan sistem transportasi umum di DKI Jakarta sebenarnya adalah integrasi antarmoda yang saling berkesinambungan. Sebelumnya, moda-moda transportasi itu memang sudah beroperasi seperti mikro bis, bis menengah, bis besar, Bus Rapid Transit (BRT), kereta api, kemudian MRT. Namun, masih belum terintegrasi satu dengan yang lainnya. Integrasi meliputi sejumlah aspek, termasuk rute, sistem tiket, serta manajemen. Tujuannya tentu untuk kemudahan dan kenyamanan pengguna jasa.
Selain integrasi, jangkauan rute angkutan umum juga terus ditingkatkan. Tingkat jangkauan kendaraan umum massal naik dari 42 persen di 2016 menjadi 82 persen. Dinas Perhubungan DKI Jakarta menargetkan memperluas jangkauan angkutan umum bagi penduduk Ibu Kota dari 85 persen menjadi 95 persen hingga akhir tahun ini. Artinya, warga Jakarta dapat lebih mudah mendapat pelayanan angkutan umum.

Yang perlu mendapat catatan juga adalah jumlah pengguna kendaraan umum (ridership). Angka pengguna kendaraan umum mengalami lonjakan pesat. Lihat saja, di 2016, jumlah pengguna kendaraan umum harian pada saat itu sekitar 350.000 per hari. Angka tersebut naik secara signifikan pada saat awal pandemi di 2020, yakni menjadi satu juta.

Ke depannya jumlah proporsi pengguna kendaraan pribadi dan kendaraan umum bisa berubah. Pemprov DKI menargetkan pada tahun 2030 atau lebih cepat, proporsi pengguna kendaraan umum bisa mencapai 75 persen, dan pengguna kendaraan pribadi bisa ditekan di angka 25 persen dari mobilitas.

Apa yang dicapai di era Gubernur Anies Baswedan ini tampaknya tidak akan berhenti dan akan berkelanjutan sesuai rencana awal. Integrasi tidak akan berhenti pada tersambungnya semua moda transportasi umum massal tetapi juga dari sistem manajemen, sistem pembayaran atau ticketing yang terpadu dan faktor penting lainnya yakni inklusi.

“Kalau kita lihat fasilitas-fasilitas kendaraan umum kita makin hari makin akomodatif pada kebutuhan kelompok yang perlu perhatian, yakni penyandang disabilitas, lansia, ibu hamil, dan anak-anak. Bila empat kelompok ini terlayani dengan baik, maka semua orang insyaallah akan terlayani dengan baik,” kata Anies kepada media.
Perkembangan transportasi publik yang kian maju di DKI Jakarta ini hampir mirip dengan sistem yang dilakukan di berbagai kota di dunia. Seperti di Inggris maupun di Singapura. Negara tetangga Singapura menjadikan sistem transportasinya sebagai salah satu upaya yang sejalan dengan program Moving Singapore untuk memacu perekonomiannya.

Singapura yang memiliki Technology Megacities yang canggih memiliki berbagai jenis transportasi massal, seperti peremajaan bus, perluasan jangkauan trayek, pengadaan MRT (Mass Rapid Transport) sampai LRT berteknologi canggih. Dampaknya, warga Singapura lebih suka berpergian dengan kendaraaan umum ketimbang menggunakan kendaraan pribadi.

Berbuah Apresiasi

Perubahan besar pada sistem transportasi umum di DKI Jakarta rupa-rupanya juga mendapat perhatian dunia. Dengan inovasi yang terus dilakukan Anies Baswedan dan jajaran Pemprov DKI Jakarta, BUMD, dan para pemangku kepentingan transportasi, membuahkan banyak pujian dan penghargaan. Salah satu penghargaan yang cukup bergengsi adalah meraih penghargaan Sustainable Transport Award (STA) 2021 atas program integrasi antarmoda transportasi publik yang terus dikembangkan.

STA merupakan ajang penghargaan tahunan yang diberikan kepada kota yang telah menunjukkan komitmen, kemauan politik, serta visi dalam bidang transportasi berkelanjutan dan pembangunan perkotaan. Jakarta menjadi kota pertama di Asia Tenggara yang memenangkan penghargaan STA mengalahkan kota-kota besar dunia, setelah pada tahun lalu menduduki peringkat kedua atau mendapat gelar ‘Honorable Mention’.

“STA 2021 ini adalah kemenangan warga Jakarta, tak lepas dari kolaborasi dengan warga, pegiat transportasi untuk desain wayfinding, inovasi bus listrik, dan mikrotrans AC. Pandemi tahun ini memang memaksa kita beradaptasi, dengan pembatasan kapasitas transportasi publik dan protokol kesehatan ketat. Tapi, positifnya pada saat pandemi ini, pesepeda di kota Jakarta justru meningkat pesat,” papar Anies dalam sebuah kesempatan.
Sejumlah inovasi tersebut antara lain yaitu perluasan jalur dan penambahan fasilitas sepeda, revitalisasi halte dan trotoar, penataan fasilitas pejalan kaki di kampung-kampung, dan integrasi berbagai moda transportasi publik.

Gubernur Anies Baswedan juga dianugerahi gelar Bapak Integrasi Transportasi Indonesia dari Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo setelah resmi meluncurkan implementasi tarif integrasi antarmoda untuk Transjakarta, MRT, dan LRT. “Sebagaimana diketahui untuk menciptakan integrasi yang utuh tadi, ada seorang kreator yang kemudian menjadi dirijen atas terimplementasi integrasi transportasi di Jakarta secara utuh,” kata Syafrin, Jumat (7/10/2022).

Menurut Syafrin, layanan angkutan umum terintegrasi sampai dengan 30 September 2022 telah tercatat sebanyak 85,16 persen dari target tahun ini yang akan tercapai 95 persen cakupan layanan. Keseluruhan penyelenggaraan transportasi tersebut diselenggarakan melalui sistem integrasi transportasi lewat program JakLingko.

Anies mengatakan dengan tarif integrasi ini, penumpang maksimal mengeluarkan biaya Rp10 ribu dalam sekali perjalanan menggunakan tiga moda tersebut. “Alhamdulillah sudah kami luncurkan tarif integrasi dan ini membuat tarif integrasi transportasi umum menjadi komplit, tuntas,” ucap Anies.
Sistem tarif integrasi ini menggunakan account based ticketing (ABT) yang saat ini diterapkan di empat kota dunia, yakni London, Singapura, Hong Kong, dan Jakarta. Ia menambahkan ada tiga aspek untuk memenuhi integrasi transportasi, yakni rute, pengelolaan, dan ticketing. Melalui peluncuran sistem pembayaran ini, maka seluruh aspek telah terpenuhi. “Sekarang secara ticketing semuanya komplit, sebuah babak baru transportasi publik yang modern,” paparnya.

Bahkan anak usaha Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI, PT JakLingko Indonesia sedang mengembangkan era baru pembayaran angkutan umum massal. Nantinya pengguna jasa bisa melakukan ticketing dengan aplikasi face recognition atau perekaman di setiap halte.

Apa yang telah dilakukan Anies Baswedan dan jajaran Pemprov DKI Jakarta dan dirasakan warga meskipun belum sempurna tentunya harus terus berkelanjutan siapapun gubernurnya. Apa yang telah dilakukan di DKI Jakarta ini juga sudah bisa menjadi model percontohan sistem transportasi bagi kota-kota lainnya di Indonesia.
(Sumber: INILAH)
Baca juga :