Kriminalitas Turun Drastis di Bawah Kekuasaan Taliban

[PORTAL-ISLAM.ID] Lebih baik hidup kurus kering makan rumput tapi bebas untuk berserah diri di bawah syariat Allah, daripada menjadi Anjing yang tunduk pada manusia padahal diberi makan pun tak pernah sampai kenyang..

Begitu pernyataan tegas seorang kakek tua Afghanistan ketika melihat Amerika minggat dari negaranya dan meninggalkan rezim korup yang hanya beberapa jam kemudian dilahap habis oleh Taliban.

Kaum relijius bergembira menyambut kembalinya Imarah Islam.

Dalam bayangan mereka, ini bukan tentang negara yang akan mengenyangkan warganya hingga ngantuk, atau tentang negara yang bergelimang kesenangan, tapi ini tentang negara dan rakyat yang akan berjuang untuk tunduk berserah diri hanya kepada Allah.

Sehingga sesulit apapun perjuangan nanti, tetap jauh lebih mulia daripada menjadi bawahan Amerika. Sebanyak apapun menjilat, menurut dan menjulur lidah seperti Anjing, Amerika tak akan menganggap mereka sebagai rakyatnya sendiri.

Benar saja. Imarah Islam langsung disudutkan sejak hari pertama. Segala aset rakyat Afghanistan di luar negeri dirampas, ekonomi diblokade, pemberitaan miring gila-gilaan.

Mereka dianggap tak akan mampu memimpin negara. Mereka dianggap tidak kompeten, seenaknya sendiri, memakai cara gangster dan menjauh dari peradaban modern.

Hukum syariat yang diterapkan digambarkan media Barat sebagai "interpretasi keras pada ajaran Islam", dengan kata lain anda tidak boleh menginterpretasikan Islam sesuai dengan kitab-kitab fiqh yang shahih, melainkan harus ikut selera Barat supaya tidak dianggap keras/radikal.

Oleh media Barat. Saat Opium masih ditanam petani, Taliban disalahkan, tapi begitu Opium dilarang propagandanya kasihan petaninya. Saat kota Kabul penuh pecandu heroin, yang salah Taliban, tapi saat seluruh pecandu ditangkap dan dihukum, kasihan pecandunya.

Bahkan gara-gara Taliban, keselamatan kelompok teroris ISIS pun menjadi perhatian lembaga HAM.

Kalau di negara lain menghabisi militan ISIS adalah prestasi, sebab menjadi ancaman menakutkan. Beda kalau Taliban yang membasmi ISIS, framingnya adalah: Taliban mengeksekusi mati ratusan "warga Afghanistan" tanpa proses pengadilan.

Terlepas dari segala serangan tersebut, sistem Imarah Islam jalan terus.
Hebatnya sejak menjadi Imarah Islam, angka kriminalitas di Afghanistan menurun tajam hingga 30x lipat. Kebalikan dengan tahun 2001, ketika Taliban dipukul Amerika dari Kabul, angka perampokan, pencurian dan penculikan langsung melonjak puluhan kali lipat.

Tahun 2020 angka kejahatan di Afghanistan adalah 76 per 100 ribu penduduk, atau sebanyak 30.000 kasus kejahatan per tahun. Di luar kondisi perang saat itu dan kasus yang tidak dilaporkan, taruhlah kejahatan murni cuma 1/3 nya atau 10 ribu kasus.

Sementara sejak di bawah Taliban, Agustus 2021 lalu, selama 1,5 tahun dilaporkan ada 250 orang yang dijatuhi hukuman, atau hanya 170 kasus sepanjang 2022, sebagian besar pun cuma kasus sepele. Di luar kasus ISIS dan perang dengan pemberontak sisa-sisa rezim lama.

Taruhlah ada kasus belum terungkap maupun tidak dilaporkan, maka jumlah kejahatan di Afghanistan kini per tahun hanya 300-400 kasus.

Uniknya, sejumlah pelaku kejahatan mengaku puas dengan penerapan syariat Islam. Sebab selain bikin kapok, malu dan membuat mereka taubat, prosesnya pun singkat. Mereka tak perlu mendekam di penjara bertahun-tahun.

Semisal kasus narkoba. Pelaku hanya dicambuk lalu direhabiltasi sampai sembuh. Anak-anaknya pun dirawat, dipelihara dan dididik oleh negara hingga orang tuanya kembali layak memikul tanggung jawab.

(Pega Aji Sitama)
Baca juga :