Kejatuhan Firli
Oleh: Kardono Ano Setyorakhmadi
DENGAN kelakuan yang benar-benar merusak kayak gini (27 kalo membocorkan penyelidikan lembaganya sendiri, memecati siapa saja yg tak mau diajak ngawur bersamanya termasuk Novel Baswedan cs yg dipecat melalui skema TWK yg ganjil, menerima fasilitas mewah dari pihak luar), saya heran kenapa Firli bisa bertahan selama ini.
Memang ada kabar yg menyebutkan bahwa Firli juga menjinakkan hampir semua jurnalis di pokja KPK dengan ancaman dan fasilitas, dan itu yang membuatnya agak aman secara persepsi, tapi tetap butuh lebih dari itu yang membuatnya tetap melenggang.
Konon kabarnya ada satu pimpinan lembaga negara kuat yang sangat dekat dengan parpol tertentu yang menjadi bekingnya.
Namun, kelakuan bejat juga ada batasnya. Kabarnya, karena terlalu banyak pejabat yang “disetrum” (istilah untuk menakut-nakuti lalu kemudian ada konsesi tertentu), semua akhirnya resah.
Untuk itulah, kemudian banyak elit yg kemudian berkata: “that’s it. No more, Firli.” Konon, si beking yang dulu membuat setiap desakan publik untuk mencopot firli seperti menabrak tembok, kali ini memilih diam saja. Selain melihat hal ini sudah keterlaluan, desakan publik yg makin menguat dalam menyoroti ulah Firli bisa-bisa akan berbalik menghantam dirinya dan parpolnya.
Di twitter, sudah bermunculan muncul akun-akun anonim yg tampaknya merupakan akun pegawai KPK yg membocorkan ulah busuk Firli. Sudah banyak yg ancamg-ancang kembali mendemo KPK pada Senin mendatang, rencana mantan Dirjen Penyelidikan Brigjen Endar untuk melaporkan ke PTUN seputar pemberhentiannya yang kontroversial oleh KPk tampaknya diback up penuh Mabes Polri.
Belum lagi, jika ada yang akan melaporkan perbuatannya membocorkan penyelidikan (yang seharusnya masuk ranah pidana, tapi entah kenapa dewas KPK selalu melempem) ke polisi.
Tinggalah Firli dengan sisa-sisa kekuatannya, dan media yang diindikasi dipeliharanya seperti rmol (yg beritanya selalu puja dan puji untuk firli), untuk bertahan.
Jika dia menyadari situasi, maka Firli harusnya segera bernegosiasi untuk bagaimana menyelamatkan diri. Mau jadi apa setelah lengser dari KPK, atau minimal tidak diusik.
Pilihannya jelas di depan mata: mundur sendiri sembari menyelamatkan apa yang tersisa atau dimundurkan paksa dengan segala konsekuensinya.
Bisa jadi Firli berlebaran dengan tak lagi menyandang jabatan ketua KPK. Terlalu cepat? Tidak, ini justru terlambat. Karena Firli benar-benar merusak KPK dan kepercayaan masyarakat terhadap pemberantasan korupsi. Tingkah lakunya sama merusaknya dengan Sambo, dengan pejabat jahat Kemenkeu. Bahkan mungkin lebih, karena sebelumnya KPK adalah satu-satunya harapan masyarakat akan Indonesia yg bersih. Kini menjadi lembaga yang benar2 buruk hanya karena ulahnya.
Sudah seharusnya dia sudah dimundurkan dari dulu, atau tidak pernah terpilih sebagai ketua KPK.
(Kardono Ano Setyorakhmadi)
*fb penulis