Hilal Terang; Isbat Bacapres Diteken
By Munir
Hilal Capres 2024 sudah tercekah. Isbat Bacapres sudah diteken Ketum PDIP. Bukan kejutan, tak ada yang kaget dibikin. Ini cuma soal—agar tak kelamaan; terjadi “ketidakpastian politik (political uncertainty).
Semakin tinggi political uncertainty, semakin tinggi spekulasi. Diskursus publik menjadi tak higienis—karena isinya cuma bunyi-bunyian. Gaduh dan makin riweuh.
Padahal, formasi politik akan menuntut konsolidasi demokrasi. Kearah mana politik kita dituntun? Dengan harapan, konsolidasi demokrasi, membuahkan konsolidasi kesejahteraan (welfare).
Yang diumumkan Mega, lagi-lagi bukan kejutan ! Tidak sama sekali ! Hanya sebatas, meredakan ketidakpastian politik. Ramalan kolektif orang sudah meraba sejak awal, bahwa Ganjarlah Capres PDIP.
Akhirnya petugas partai ditetapkan. Sah, Ganjar ditetapkan PDIP, sebagai Bacapres PDIP. Drama spekulasi partai vs Buzzer kroco-kroco terkait masa depan politik Ganjar usai sudah.
Dengan kata lain, partai segede gaban itu akhirnya takluk dibawah digdaya buzzer. Dari awal saya mahfum, saling cakar buzzer vs PDIP itu victim games—publik terkecoh !
Deklarasi Bacapres PDIP, terjadi di Batu Tulis-Bogor. Tempat yang sedikit banyak monores luka—Bagi Prabowo. Tempat dimana; dulu, intimasi politik Mega-Pro ditoreh. Kini Prabowo, kembali hilang muka, di Batu Tulis !
Namun ada yang tak menarik. Lagi-lagi Ganjar disebut petugas partai. Lahir dari keputusan prerogatif Ketum partai. Lagi-lagi, kepemimpinan nasional akan tetap lahir dari rahim feodalisme politik.
Tetap menjadi underbow feodalisme. Melahirkan pemimpin yang powerless. Akibatnya politik praktis dan rent seeking ke dalam tubuh pemerintahan makin kuat.
Conflict of interest makin kental. Seperti saat ini dibawah kemepimpinan rezim merah! Fraud terjadi dimana-mana. Entah di sektor jasa keuangan pun di sektor fiskal. Kalau ditracking dalam berbagai fraud, orangnya ga jauh-jauh dari circle keuasaan.
Bila postur kepemimpinan masih sama; lahir dari feodalisme politik berikut circle-circle-nya, maka ini yang membikin ragu tetang masa depan pemberantasan korupsi di Indonesia.
Apa pun itu, hialal Capres sudah terang. Isbat Bacapres sudah diteken. Pertandingan politik dimulai. Dengan harapan demokrasi, bisa menuntut kesejahteraan. Bukan semata-mata glorifikasi lima tahunan.(*)