Gus Nadir Tanggapi Rektor Muhammadiyah terkait Idul Fitri

[PORTAL-ISLAM.ID]  Prof. H. Nadirsyah Hosen, Ph.D. atau yang akrab dipanggil Gus Nadir menanggapi Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta terkait polemik perbedaan Idul Fitri:

Mas Rektor @mamunmurod_ kita ngaji aja yuk, daripada emosi di bulan puasa 😍 

1) Jika anda pergi haji dan pemerintah Saudi memutuskan waktu wukuf dengan ru’yah, yg berbeda dg kalkulasi hisab ormas anda, apakah anda akan wukuf mengikuti pemerintah Saudi atau tetap sesuai dg hisab?

2) atau anda akan meminta pemerintah memfasilitasi wukuf anda yg berbeda itu meski jamaah lain sudah bergerak ke Mina? 🙏

3) Jikalau pemerintah Saudi memutuskan 1 Syawal dg ru’yah dan berbeda dg kalkulasi hisab ormas anda, apakah anda ikut dan patuh pada ulil amri atau anda minta fasilitas pemerintah untuk juga bikin takbiran dan shalat ied bersama ormas anda di masjidil haram?

4) Jika kita belajar fikih, jawabannya sederhana. Ikuti otoritas pemerintah. Hukmul hakim yarfa’ul khilaf. Keputusan pemerintah menghilangkan perbedaan pendapat. Dlm masalah ibadah yg berdimensi sosial, kaidah ini sangat penting. Ini bukan soal politik, psikologi atau konspirasi

5) Tapi mungkin jawaban anda akan berbeda. Monggo kita ngaji bareng Mas Rektor @mamunmurod_  Sehat selalu ya Mas. Kalau mudik, ati2 di jalan. Bismillah 
🙏😍👍

Sekilas Gus Nadir

Prof. H. Nadirsyah Hosen, Ph.D. atau yang akrab dipanggil Gus Nadir. Sejak tahun 2005, ia dipercaya sebagai Ra'is Syuriah, pengurus cabang istimewa NU di Australia dan Selandia Baru. 

Gus Nadir adalah putra bungsu dari almarhum Prof. K.H. Ibrahim Hosen, seorang ulama besar ahli fikih dan fatwa yang juga pendiri dan rektor pertama Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) dan Institut Ilmu Al-Quran (IIQ), dan 20 tahun menjadi ketua MUI/Ketua Komisi Fatwa (1980—2000). 

Dari abahnya inilah Gus Nadir belajar mengenai ilmu tafsir, fikih, dan ushul al-fiqh. Dari jalur abahnya pula dia memiliki sanad keilmuan melalui Buntet Pesantren. Gus Nadir juga belajar Ushul al-fiqh kepada almarhum K.H. Makki Rafi’i yang pada masa pensiunnya menetap kembali di Cirebon. Gus Nadir juga belajar bahasa Arab dan ilmu hadis kepada almarhum Prof. Dr. K.H. Ali Musthafa Ya’qub. Kiai Makki dan Kiai Ali Musthafa alumni dari Pesantren Tebuireng maka sanad Gus Nadir baik dari jalur Buntet maupun Tebuireng menyambung sampai ke Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari (Allahyarham).

Prof. H. Nadirsyah Hosen, Ph.D alias Gus Nadir menempuh pendidikan formal dalam dua bidang yang berbeda, Ilmu Syari’ah dan Ilmu Hukum, sejak S-1, S-2, dan S-3. 

Pemegang dua gelar Ph.D. ini memilih berkiprah di Australia, hingga meraih posisi Associate Professor di Fakultas Hukum, University of Wollongong. Namun kemudian, dia pindah ke Monash University pada 2015, Monash Law School adalah salah satu Fakultas Hukum terbaik di dunia. Baru setahun pindah ke Monash, beliau sudah diminta mengurusi Monash Malaysia Law Program—sebuah program unggulan melibatkan mahasiswa dari Australia, Kanada, Belanda, Jerman, dan Prancis. Di Kampus Monash, beliau mengajar Hukum Tata Negara Australia, Pengantar Hukum Islam, dan Hukum Asia Tenggara.
Baca juga :