Ganjar-Sandi Kurang Sebanding
Langkah Sandiaga Uno pindah dari Gerindra ke PPP dianggap karena ingin dicalonkan sebagai Cawapres dari PPP, dan hendak dipasangkan dengan Ganjar Pranowo yang sudah ditetapkan sebagai Capres dari PDIP. Apakah betul begitu?
Seperti yang diutarakan Romahurmuziy dalam podcast Akbar Faisal, kiranya anggapan itu tak salah alias benar adanya. Itu di antara manuver PPP mutakhir dan sepertinya dapat restu dari Jokowi. Tapi, apakah PDIP mau dengan hal itu?
PDIP jelas tidak akan menolak, kendati belum tentu juga menerima begitu saja. Setidaknya, Sandi dan PPP melengkapi kekurangan PDIP. Yakni, suara basis massa Islam yang diwakili PPP dan kemodernan kota yang diwakili Sandi.
Tapi, bila benar begitu, maka yang diuntungkan adalah PPP. Dapat Sandi sebagai Cawapres sekaligus efek electoral yang tak sedikit. Suara PPP prediksi bakal rebond lagi. Ancaman tak lolos ke Senayan akan lenyap. Panggung akan tersedia.
Sementara PDIP tanpa koalisi dengan PPP pun bisa mengusung sendiri, apakah dengan Sandi atau bukan? Tentu, PDIP akan membaca ulang koalisi dengan PPP, bila hanya sebagai bumper. Kecuali, keuntungan lain juga diperoleh PDIP.
Jadi, koalisi PDIP-PPP (Ganjar-Sandi) kalkulasi politiknya juga tak mudah, terutama buat PDIP. Memang, secara citra, ada baiknya juga berdua daripada sendirian. Tapi kalau sekadar citra, ya buat apa? PDIP pasti akan mencari skema lain.
(Oleh: Erizal)