Double Kill
Gayus Tambunan adalah pegawai pajak paling terkenal seluruh Indonesia 10 tahun lalu. Saat kasusnya terbuka, suap-menyuap pajak, lebih dari 70 milyar, 3 kg emas disita dari Gayus. Ini yang resmi dan ketahuan. Entah berapa yg tidak.
Hebatnya Gayus, bahkan saat ditahan pun, dia masih bisa jalan2 ke Bali, Makau, Kuala Lumpur, Singapura. Wah, koruptor lain paling mentok hanya makan2 di restoran luar, nginep di hotel. Gayus lebih hebat lagi, dia bisa mengatur sipir penjara, bisa jalan2 ke LN, pakai paspor palsu. Hebat banget.
Nah, yang menarik adalah Gayus ini lulusan STAN.
Kalian tahu STAN? Sekolah ini dulu, tahun 90-an, adalah cita2 bagi anak2 pintar tapi kurang mampu di seluruh Indonesia. Masuk STAN adalah salah-satu solusi. Karena STAN gratis. Dibayarin oleh pemerintah. Bahkan duluuu sekali masih dapat uang saku.
Mulailah Gayus muda sekolah di STAN. Dikasih semua oleh negara. Lulus langsung dapat kerja di pemerintahan. Kemenkeu pula.
Seharusnya, setelah lulus STAN dia menjadi ksatria terbaik yang membela kepentingan negara. Karena dia sudah dibantu banyak banget loh oleh negara. Nasib. Dia malah sibuk cincai dgn wajip pajak. Dia khianati negara. Double kill.
Apakah gaji tinggi bisa menjamin orang tidak korupsi? Tidak ada yg bisa menjaminnya. Di Indonesia, justeru dia boleh jadi semakin rakus.
Apakah setelah disekolahkan gratis oleh negara menjamin orang tdk akan mengkhianati negaranya? Juga tidak ada yg bisa menjaminnya.
Lantas apa yg bisa?
Sistem.
Pajak ini, sejak dulu, bahkan logika dasarnya saja sudah 'setan'. Kok bisa data pajak dianggap rahasia. Sakral. Jika dibuka, masuk penjara. Gimana kita mau memastikan pajak ini benar, saat orang luar bahkan tdk bisa loh memeriksa dgn mudah pajak di negeri ini.
Ayolah, UU yg bilang data pajak adalah data rahasia, sudah saatnya diubah. Kita ini betulan mau berubah tdk?
Jadikan data pajak sbg data terbuka, bisa diakses siapapun. Berhenti bersilat lidah tapi, tapi, tapi. Buka saja. Kok kamu takut dan banyak alasan?
(By TERE LIYE)
*fb