Di balik Larangan Taliban bagi Perempuan Afghanistan untuk Bersekolah... Sebenarnya masalahnya sepele, tapi AS-Barat memang mbulet

Tentang Pendidikan di Afghanistan era Taliban

Oleh: Fathi Nasrullah

Satu lagi tentang Imirat Islam Afghanistan alias IIA. Nama pemerintahan baru di Afghanistan yang kini seizin Allah dikuasai Taliban pasca kaburnya Amerika sekira 2 tahun lalu.

Ini terkait penutupan dan larangan sementara bagi perempuan Afghanistan untuk bersekolah.

Sebetulnya itu masalah sepele. Yaitu Taliban punya standar sendiri tentang pendidikan bagi perempuan. Dan standar itu menjadi harga mati bagi mereka.

Taliban ingin perempuan memiliki sarana pendidikan sendiri yang eksklusif. Asrama, Konsumsi, Dan jaminan keamanan transportasi.

Model kelasnya pun harus khusus. Sehingga jika pengajarnya terpaksa harus laki-laki, Akan tercipta kondisi dimana seluruh aturan syariat dipatuhi.

Jurusan pun dikhususkan sesuai potensi masing-masing jenis kelamin. Termasuk bimbingan rohani bagi para tiang agama itu yang juga sangat diperhatikan oleh IIA.

Selain itu Taliban tidak mau membuka sekolah hanya untuk menampung pencari ijazah. Kuliah jurusan A tapi kerjanya B. Atau lebih apes lagi kuliah tinggi-tinggi hanya buat modal kabur ke Eropa. Lalu sampai sana cari makan dengan cara menjelek-jelekan Taliban.

Dan mengingat Afghanistan adalah negara miskin akibat perang tanpa henti selama lebih dari 40 tahun. Masih pula diembargo dunia hingga hari ini. Dan segalanya serba terbatas kecuali keimanan, maka kursi yang tersedia untuk pendidikan juga cuma sedikit. Artinya tiap lulusan harus dimaksimalkan sesuai kemampuannya.

Urusan ini sebenarnya sangat simple. Hanya teknis infrastruktur saja. Hitungan kasar IIA cuma perlu biaya 200-300 juta Dollar. Ga seberapa dibanding 7 Milyar dolar uang rakyat Afghanistan yang dicaplok Amerika itu. Dikembalikan 5% saja masalah selesai.

Tapi sayangnya bagi Barat ini bukan masalah kemanusiaan dan kepedulian terhadap pendidikan orang Afghanistan. Ini adalah soal penentangan ideologi karena Taliban menerapkan hukum Islam.

Sebagian besar masyarakat internasional memang munafikin fid darkil asfali minan naar (munafik yang letaknya kerak di dasar neraka).

Mereka suka mbulet, Berputar-putar demi melestarikan opini tendensius supaya problem pendidikan perempuan di Afghanistan ini tidak kunjung usai.

Opini yang mereka angkat selalu dari kalangan yang sama buruknya dengan mereka. Sama-sama anti syariat Islam. Dan sama-sama penentang utama Taliban baik diam-diam maupun terang-terangan.

Contohnya antara lain segelintir 20 - 30 perempuan Afghanistan dengan jilbab acak kadut yang hobi berdemo menuntut segala sesuatu termasuk yang di luar hak mereka.

Dan memang para munafikin baik asli kafir maupun yang setengah kafir itu tidak mau Taliban berhasil dalam penerapan syariat. Mereka inginnya agar perempuan Afghanistan diperlakukan sama seperti perempuan Barat. Menjadi komoditas PAHA sekuler.

Sebab toh selama 20 tahun masa penjajahan Amerika di Afghanistan, Soal sekolah inipun ga pernah beres.

Korupsi merajalela. Dana-dana pendidikan dikorupsi besar-besaran. Sekolah-sekolah yang fasilitasnya agak lumayan pun hanya di kota-kota besar dan jumlahnya segelintir.

Sedangkan fenomena-fenomen semacam foto di bawah ini sangat marak terjadi. Karena para penjajah dan antek-anteknya itu ketika berkuasa tidak pernah memikirkan pendidikan sama sekali kecuali bila menguntungkan pribadi atau kelompok mereka saja

Konsekuensi membiarkan Taliban berhasil dengan penerapan syariatnya, Lalu perempuan di sana terlihat bahagia, Maka tak akan terbendung lagi propaganda pro syariat Islam yang akan menggulung dunia Barat dan dunia Islam itu sendiri.

*Ket. Foto di bawah:
Contoh perjuangan para pendidik di Afghanistan era sebelum Taliban berkuasa, dengan segala keterbatasannya akibat tidak pedulinya Amerika dan antek-anteknya pada pendidikan bangsa Afghanistan kecuali bila menguntungkan pribadi mereka.
Baca juga :