Cemburulah Pada Mereka....
Imam Abu Muhammad al-Qasim bin Firruh asy-Syathibi adalah seorang alim qiraat yang sangat terkenal. Karyanya sampai sekarang jadi rujukan utama dalam bidang qiraat yang dikenal dengan asy-Syathibiyyah.
Imam Syatibi seorang yang dharir (buta mata) sejak usia empat tahun. Namun mata batinnya sangat tajam. Setiap waktu shalat akan masuk ia menyuruh muazin untuk mengumandangkan azan. Ketika dicek ternyata sangat tepat. Tidak meleset sedikitpun. Karena itu beliau dijuluki dengan Alat Waktu.
Ia mewakafkan ilmunya di Madrasah Fadhiliyyah yang dibangun Shalahuddin al-Ayyubi. Majelisnya dimulai setelah subuh. Para qurra` bergantian menyetor bacaan dan hafalan mereka.
Suatu hari, salah seorang muridnya datang buru-buru untuk men-tasmi’kan hafalan.
Belum sempat ia membaca, Sang Imam berkata: “Yang sesudahmu yang baca.”
Akhirnya murid ini pergi. Siang harinya ia kembali lagi untuk menyetor hafalannya.
Kenapa Imam Syathibi menolak untuk mendengar bacaan muridnya ini? Ternyata sang murid dalam keadaan junub. Ini ia akui sendiri ketika menyetor di siang hari. Ia takut kehilangan gilirannya menyetor di pagi hari. Ia berdalih bisa berpegang pada pendapat yang membolehkan seorang yang junub membaca al-Quran.
Tapi Imam Syathibi, dengan ketajaman mata batinnya dan karamah yang dikaruniakan Allah Swt, tahu kalau muridnya ini sedang junub dan ia tidak izinkan muridnya membaca al-Quran dalam keadaan tidak suci.
***
Syekh Musthafa al-Bohyawi menceritakan pengalaman pribadinya saat menuntut ilmu.
“Suatu pagi setelah membaca al-Quran secara berjamaah dibawah bimbingan Syekh, tiba-tiba beliau memanggil salah seorang dari kami.
Dengan tegas dan rasa sayang ia berkata pada murid ini, “Anakku, minta ampun pada Allah… bertaubatlah… bertaubatlah… bertaubatlah…”.
Ia ulang-ulang kalimat itu sambil menatap tajam pada murid itu dan memegang pundaknya. Setelah itu ia lepaskan.
Murid ini menangis tersedu-sedu, lalu berkata, “Wahai Syekh, aku tidak akan mengulanginya kembali.”
Ternyata malam tadi murid ini jatuh dalam sebuah maksiat yang fatal.
Tapi ia penasaran, bagaimana Syekh tahu hal itu. Ia pun datang menemui Syekh dan menanyakan hal itu.
Syekh menjawab, “Anakku, malam tadi aku bermimpi. Ada dua orang datang menyeretmu padaku. Keduanya berkata, “Wahai Syekh, ini muridmu, berikan hukuman (had) terhadapnya.”
Aku bertanya, “Apa yang telah dilakukan muridku?”
Keduanya menjawab, “Ia telah melakukan ini dan ini.”
Aku pun berkata, “Lepaskan muridku karena itu pertama kali ia melakukannya.”
***
Ada baiknya kisah-kisah seperti ini kita ingat-ingat terutama di saat Ied nanti. Saat dimana sebagian orang suka memamerkan keberhasilan duniawi mereka pada orang lain.
Jangan iri pada mereka karena dunia ini tidak berhak untuk di-iri-kan.
Cemburulah pada mereka yang punya posisi khusus di sisi Allah Swt.
Pernahkah kita bertanya pada diri sendiri, “Bagaimana posisi saya di mata Allah?”
تقبل الله منا ومنكم
(Ustadz Yendri Junaidi)