Catatan Geisz Chalifah:
SAYA mendapat undangan beberapa hari lalu dari Laode Basir untuk hadir diacara buka puasa bersama dengan simpul relawan, Ahad (16/4/2023).
Sebelum ke lokasi acara saya lebih dahulu mengontrol tiga buah bangunan di Pasar Minggu yang menurut mandor diusahakan untuk mengejar waktu dengan mengecor dak atas sebelum lebaran tiba. Ternyata waktu yang mepet ini mereka berhasil mencapai target.
Dua rumah sudah selesai dan satu rumah lagi diusahakan dalam beberapa hari ini juga bisa tuntas pengecorannya. Tentu senang bila pekerjaan melampaui dari target dan pembiayaan sesuai dengan perkiraan dalam arti tak melampaui anggaran.
Selesai berbincang dengan Pak Nandang (pekerja yang bertugas). Pak Nandang berasal dari Majalengka yang sangat bersemangat mendukung Anies Baswedan. Di akhir pembicaraan tentang pekerjaan dia menanyakan tentang Pak Anies yang sedang tirakat di berbagai daerah (Jateng dan Jatim).
Dari wilayah Pasar Minggu saya menuju Polonia ke tempat lokasi acara buka puasa bersama. Gedung itu telah penuh dihadiri ratusan relawan. Tak ada sedikitpun terfikir bahwa Anies akan hadir di acara tersebut karena saya tak mengikuti jadwalnya. Saya berfikir Anies masih diluar Jakarta. (Saya sibuk sendiri dengan berbagai acara dan kegiatan). Hampir tak pernah berkomunikasi selama Ramadhan terkecuali ada hal khusus dan mendesak yang harus saya tanyakan ataupun informasikan itupun sebatas via WA.
Saat sampai sambutan hangat dari teman-teman yang telah hadir. Ada Laode Basir, Refly Harun, Achmad Ali, Ramadhan Pohan, Awalil dan juga para tokoh aktifis lainnya.
Tak lama kemudian terdengar suara teriakan “Presiden.. Presiden” di area belakang. Saya bertanya pada Awalil apakah Anies akan hadir?
Awalil menjawab: Anies mengusahakan hadir walaupun saat sahur paginya masih berada di wilayah Brebes.
Tak lama kemudian wajahnya muncul. Anies menghampiri lebih dahulu para Ustadz yang berada di sisi kiri lalu satu persatu dia salami semua yang berada di baris depan dan kemudian melambaikan tangan kepada para relawan semua yang berada di barisan belakang seluruhnya.
Wajah itu tak tampak lelah, tetap tersenyum lebar, tetap hangat. Saat memberi sambutan intonasinya tak berubah walau dia baru selesai dari perjalanan yang mungkin mencapai ratusan atau ribuan KM.
Saat Magrib kami sholat berjamaah di sebuah ruangan, lalu kemudian saya meninggalkan lokasi acara.
Tak ada pembicaraan khusus. Saya juga tak meminta waktu sama sekali untuk mengobrol. Ada banyak orang yang ingin berfoto atau berbincang dengan Bakal Calon Presiden yang bersahaja itu, dan saya tak mau sedikitpun mengambil waktu dalam suasana seperti itu.
Bertemu dan bertatap muka dalam keadaan sehat sudah merupakan hal yang patut disyukuri.
Anies paham apa yang sedang saya kerjakan dan sayapun paham situasi yang sedang Anies alami dan kerjakan.
Tak perlulah menjadi orang seolah paling dekat, paling segalanya. Biarkan Anies menjadi miliknya banyak orang.
Perjuangan ini masih sangat panjang. Cukup bersalaman dan saling mendoakan dihati masing-masing dan saling tersenyum, sudah merupakan bahasa yang tersirat yang berarti: MARI TERUS BERJUANG BERSAMA.
(Sumber: Tilik)