Al Zaytun & NII KW9 (bag 2)
By : Budi Saks
Menjawab pertanyaan menggantung pada bagian satu kenapa operasi intelijen membangun NII KW9 dilakukan di Jawa Barat maka kita harus mundur lagi ke peristiwa kegagalan diplomasi Indonesia pada perjanjian Renville 1948 yang hasilnya justru wilayah RI yang diakui malah lebih kecil dari hasil perjanjian Linggarjati 1946 dimana hanya Sumatra dan Jawa yang mendapat pengakuan kemerdekaan minus Jawa Barat yang menyebabkan peristiwa "Bandung Lautan Api" dan hijrahnya Divisi Siliwangi ke ibukota Yogyakarta (Long March).
Sebagai tentara nasional tentu mau tak mau Divisi Siliwangi harus ikuti perintah Presiden Soekarno dan Panglima Besar Jend. Soedirman untuk mengosongkan wilayah Jawa Barat dari militer Indonesia namun para laskar rakyat yang tidak terikat dengan pemerintah tak rela melepaskan Jawa Barat kepada pasukan kerajaan Belanda.
Disinilah para laskar itu berhimpun dalam satu wadah dipimpin Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo dibawah panji bulan sabit putih merah mendirikan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia bermarkas diantara Tasikmalaya-Sukabumi-Garut.
Singkat kisah gerakan NII DI/TII ini tetap eksis bahkan hingga pemerintahan RI kembali ke Jakarta setelah masa masa sulit di Yogyakarta dan menjadi gerakan pemberontakan terlama dibanding PRRI/Permesta dan PKI misalnya.
Kisah pemberantasan DI/TII ini sendiri juga dilakukan dengan teknik intelijen terutama false flag operation (FFO) dimana Soeharto dan Ali Murtopo merekrut para tentara angkatan darat yang terlibat di kelompok PKI Madiun untuk menjalankan misi "dirty job" (cara-cara kotor) ini dengan imbalan keselamatan pangkat dan jabatan dimiliter.
Maka para penyusup ini kemudian memakai seragam, lambang, simbol dan bendera TII bersenjata lengkap melakukan teror di desa-desa seputar Tasikmalaya dan Garut membakar masjid masjid, membunuh santri dan guru guru agama, memperkosa dan merampok rumah rumah para juragan desa.
Seketika masyarakat yang tadinya mendukung dan melindungi aktivitas DI/TII jadi ketakutan dan antipati pada DI/TII dan disaat itulah setelah mendapat sinyal dari Soeharto dan Ali Murtopo pihak AH Nasution merangkul masyarakat untuk memberantas Darul Islam dengan melancarkan Operasi Pagarbetis akronim dari Pasukan Garnisun Berantas Tentara Islam dimana dengan dukungan masyarakat lokal yang terpengaruh operasi fitnah terhadap DI/TII itu bahu membahu bersama TNI & Polri mempersempit ruang gerak DI/TII hingga tertangkapnya Imam Besar Darul Islam SM Kartosuwiryo dalam kondisi kelaparan dan sakit sakitan.
Sedang pasca selesainya operasi 1962 itu para perwira penyusup yang telah kembali dalam dinas militer AD terlibat dalam pemberontakan lain pada 1965, mereka terutama adalah Letkol Untung, Kol Latief dan Jend. Supardjo memberantas dewan jenderal yang diantaranya adalah mantan-mantan pimpinan mereka saat operasi Pagarbetis tiga tahun sebelumnya.
Setelah semua itu bisa dipadamkan dan Soeharto berkuasa dengan Orde Barunya kekhawatiran rezim akan bangkitnya ideologi negara Islam masih menghantui dan karena itulah sekali lagi Ali Murtopo dibantu murid muridnya yaitu Beny Moerdani cs menyusun FFO model baru dengan bentuk pesantren binaan HendroPri bernama Al Zaytun itu sebagai wadah NII KW9 alias NII abal abal untuk menjerat dan melokalisir potensi kebangkitan umat.
👉Baca Bagian 1 KLIK INI