Afghanistan under Imarah Islam
Satu poin paling positif adalah keadilan dan supremasi hukum berusaha keras ditegakkan. Sistem hukum syar'i yang sakral bikin orang ga berani main-main.
Seorang bapak yang ketipu saat jual mobil juga langsung diusut meski sudah 15 tahun berlalu. Dia baru bisa melaporkan kasus setelah kembalinya Imarah. Sebelumnya selalu ditolak.
Pemerintah lama sangat korup. Raja-raja kecil memegang berbagai sektor.
Supremasi amplop adalah bahasa hukum tertinggi. Siapa kalah amplop maka kalah kasus. Kata orang sana, ente hilang motor, kalo lewat pengadilan bisa hilang mobil.
Bukan hanya rakyat yang mengeluh pada korupsi, Amerika pun mengeluh atas kelakuan sekutunya itu. Ga kehitung berapa Dollar menguap.
Di tubuh militer rezim lama, terdapat legenda pasukan hantu. Mereka disupport oleh Amerika.
Julukan hantu diperoleh bukan karena keganasan dalam pertempuran, melainkan keberadaannya yang fiktif. Pasukan ini adalah milik para raja kecil yang mengajukan anggaran gaji dan bantuan militer besar kepada AS untuk memerangi Taliban.
Jumlahnya wah, ribuan personel, padahal kenyataan cuma puluhan biji saja. Duit jutaan Dollar cuma jadi bancakan. AS ketipu.
Sekarang seluruh kekonyolan bernegara di Afghanistan era dulu telah ditumpas habis oleh Taliban.
Afghanistan sudah aman, kekerasan yang kita dengar sejak tahun 70-an udah ga ada lagi. Hambatan mereka kini tinggal satu, yaitu barisan sakit hati mamarika cs yang membekukan ekonomi Afghanistan. Menghalangi transfer dan perdagangan rakyat ke luar negeri.
(Fathi Nasrullah)