Ada anggaran yang disiapkan pemerintah melalui kemensos dan kementrian lainnya untuk program program pengentasan kemiskinan dimana totalnya sebesar 500 trilyun rupiah.
Anggaran yang didapat dari pajak masyarakat dan bantuan luar negeri itu ternyata malah habis cuma buat rapat dan pertemuan pertemuan para PNS kementrian dan dinas di hotel hotel bintang lima.
Ini namanya bukan pajak dari rakyat untuk rakyat, tapi pajak dari rakyat untuk pns/asn dan pengusaha hotel bintang lima yang 99% nya adalah orang asing tentu saja.
Ini bisa terjadi karena selain boros dan terbiasa tidak ada pertanggungjawaban serta pengawasan melekat kebanyakan SDM PNS/ASN kita memang rendah biar kata lulusan perguruan tinggi ternama sekalipun, juga memang basicnya masyarakat kita tidak mempunyai kecerdasan finansial.
Kata kata efisiensi dan efektifitas nampaknya juga masih belum menjadi habit di masyarakat apalagi bagi yang bekerja di pemerintahan.
Ada satu cerita dulu di masa presiden Soeharto ketika pemerintah memutuskan untuk mengajukan pinjaman luar negeri ke Jepang, maka Jepang mengundang utusan negara kita untuk presentasi ke Tokyo.
Berangkatlah delegasi Indonesia dari kementrian keuangan, kementrian luar negeri dan kementrian perindustrian dengan pesawat Garuda.
Begitu landing di bandara Narita Jepang para anggota delegasi Indonesia masing masing disediakan satu mobil mewah buat setiap orangnya menuju ke lokasi pertemuan.
Sesampai di lokasi, para delegasi kita menunggu sebentar di lobby besar dan melihat satu bus datang lalu berhenti di depan lobby convention center, bus itu menurunkan satu delegasi penuh para petinggi kementrian sementeri menterinya, bahkan ada yang datang bersepeda!
Cerita di atas memang cuma cerita lama tapi nampaknya bangsa kita sampai sekarang tak pernah bisa mengambil pelajaran positif tentang budaya baik yang namanya efisien dan efektif itu.
Salam 500 Trilyun...!!!
(By Budi Saks)