Oleh: Pega Aji Sitama
Dulu bawa 10 bungkus Milo 1 kg dari Malaysia, gara-gara isu Milo Malaysia jauh lebih enak daripada di sini, maka banyak yang nitip.
Pas lewat Bea Cukai Indonesia diperiksa, tas dibongkar-bongkar kayak pengecekan narkoba. Diendus sama petugasnya lah, ditempel metal detektor juga.
Ditanyain ke Malaysia ngapain dan ketemu siapa. Saya jawab saja ada resepsi teman yang sampeyan tidak mungkin kenal mas, padahal aslinya habis ikut undangan acara makan malam bersama Gubernur Selangor.
Karena kelamaan, mereka bisik-bisik apa gitu, akhirnya saya keluarkan "ultimate weapon", yaitu struk belanja Milo dari toko di Kuala Lumpur. Dimana total harganya cuma sekitar 170 Ringgit (Rp 600 ribuan).
Maka tidak ada alasan lagi memperlama pemeriksaan.
Saya ingat agar menyimpan struk baik-baik, asalnya saat berangkat di bandara Band**g saya lihat ada keluarga dibongkar semua bawaannya waktu pulang dari Malaysia gara-gara bawa banyak belanjaan baju.
Sesuatu yang tidak saya jumpai di Malaysia. Waktu berangkat saya membawa 20 potong celana sirwal, harganya lebih dari 6 juta. Sama bea cukai Malaysia dilewatin saja seperti air mengalir.
(fb penulis)