Oleh: KH. Luthfi Bashori
Hidup di dunia itu cuma sekali, jadi pandai-pandailah memanfaatkan kehidupan yang telah diberikan kepada Allah. Di antara kewajiban mengisi kehidupan tersebut adalah menjaga agama sebagai bekal saat kelak kembali kepada Allah.
Jagalah agamamu dengan sebaik-baik, karena di akhir zaman agama itu akan mudah lenyap dari diri seseorang. Bahkan akan terjadi pada seseorang, pagi hari ia masih sebagai muslim, namun sore harinya tiba-tiba ia kafir kepada Allah, dan baliknya sore harinya ia muslim, namun keesokan hari ternyata ia telah kafir kepada Allah.
Di antara dari sekian banyak penyebab seseorang itu kehilangan agamanya, karena kebodohannya dalam memilih pemimpin maupun idola dalam pergaulan. Karena figur yang diikuti oleh seseorang itu dapat mempengaruhi kehidupan, hingga merubah gaya hidupnya.
Misalnya, memilih figur pemimpin atau idola yang bodoh dan tidak cakap dalam memenej kehidupan, maka dapat merusak agama seseorang. Sebut saja jika ada figur pemimpin yang tidak dapat membedakan mana perkara yang halal dan diperbolehkan oleh Syariat dengan mana perkara yang haram dan dilarang oleh Syariat.
Maka tatkala sang pemimpin idola tersebut mengajak untuk melakukan perbuatan yang menentang Syariat, atau memerintahkan pengikutnya untuk melanggar aturan Syariat yang ia benci karena tidak sesuai dengan seleranya, saat itu pula orang-orang yang salah memilih figur untuk dijadikan idola panutan tersebut, akan ikut rusak agamanya, apalagi jika memilik keyakin ‘opo jare sang idola !’ (ikut saja apa kata sang pemimpin).
Dalam riwayat Shahabat Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga perkara yang melenyapkan agama: Orang alim yang durhaka, pemimpin yang aniaya (dzalim), dan mujtahid yang bodoh.” (HR. Imam Ad-Dailami dari).
Orang alim yang durhaka, maksudnya adalam ulama suu' (buruk keyakinan, perilaku dan ucapannya) karena sering berseberangan dengan aturan Syariat. Jika umat Islam mengidola kepada figur ulama suu', maka tinggal menunggu kehancuran mereka.
Pemimpin yang aniaya, maksudnya adalah pemimpin yang dzalim dalam melaksanakan kebijakannya. Jika ada pemimpin yang kerap memusuhi umat Islam serta membatasi pergerakan mereka, atau sering mengkriminalisasi para tokoh panutan umat, atau menyerang kepentingan umat, maka saat itulah umat Islam akan tertekan terutama dalam melaksanakan kewajiban beragama secara kaffah.
Mujtahid yang bodoh, maksudnya jika bermunculan orang-orang yang hakikatnya bodoh dalam ajaran agama, namun sudah berani tampil di tengah masyarakat selayaknya para ahli agama, dan umat pun terkecoh penampilannya, misalnya karena terpengaruh predikat maupun jabatan yang terlanjur disematkan kepada oknum-oknum para mujtahid palsu tersebut oleh media massa, hingga fatwa-fatwanya sering menyesat umat. Maka saat itulah alangka benarnya apa yang dikatakan:
“Jika sesuatu itu diserahkan kepada pihak yang bukan ahlinya, maka tunggu saja kehancurannya.”