PEMANTIK LEDAKAN DI DEPO PLUMPANG
Sumber TEMPO yang mengetahui seluk-beluk audit Depo Pertamina menuturkan terdapat sejumlah catatan perbaikan yang belum digubris Pertamina. Kondisi ini jika dibiarkan bisa memicu kecelakaan seperti di Plumpang.
Petir yang datang pada Jumat, 3 Maret 2023, menjelang pukul 8 malam mengalihkan perhatian Arifin yang sibuk memperbaiki kipas. Pandangan pria berusia 38 tahun itu lantas tertuju pada percikan api di dalam kawasan Terminal Integrated Bahan Bakar Minyak (BBM) milik PT Pertamina Patra Niaga atau Depo Pertamina di Plumpang, Jakarta Utara.
Percikan itu tampak jelas dari lantai dua rumah tempat Arifin berada. Jaraknya sekitar 10 meter dari tembok pembatas Depo Plumpang. Teringat kebakaran tangki yang pernah terjadi di Depo Plumpang pada 2009, Arifin langsung memutuskan melarikan diri. Dia bergegas turun ke lantai pertama dan mengajak istri serta empat anaknya ke luar rumah. Saat itu tercium bau bensin di sekitar rumah. Depo Pertamina Plumpang pernah terbakar pada 18 Januari 2009. Kebakaran saat itu terjadi setelah adanya ledakan di tangki 24 saat sedang dilakukan pengujian tangki.
Saat berusaha menyelamatkan diri, Arifin sempat memperingatkan tetangganya untuk mencari tempat aman. Namun awalnya tak banyak yang menggubris mengingat bau bensin lazim tercium di kawasan Jalan Tanah Merah, Jakarta Utara, tersebut. Ketika bau bensin makin menyengat, banyak orang mulai panik dan menyelamatkan diri.
Sekitar pukul 20.00, Arifin, yang sudah menjauh dari rumahnya, mendengar suara ledakan. Bunyi yang menggelegar diikuti dengan semburan minyak. Dia mengingat muncul api kemudian.
Korban Kebakaran Depo Pertamina
Kebakaran di Depo Plumpang pada Jumat malam lalu menelan 19 korban tewas. Mereka terdiri atas 14 orang dewasa dan lima anak-anak. Adapun korban luka yang dirawat di rumah sakit mencapai 49 korban, 46 orang dewasa dan tiga anak-anak.
Ketua RW 9, Abdus Syakur, mengatakan, setengah jam sebelum ledakan, warga setempat sempat mencium bau BBM yang menyengat. Saking tajamnya, bau tersebut membuat warga dalam radius 1 kilometer kesulitan bernapas. “Kami masih sempat mengevakuasi warga sekitar untuk menjauh dari lokasi,” katanya. Tak lama kemudian, Syakur mendengar setidaknya tiga kali suara ledakan.
Cerita serupa dialami Neni, 50 tahun. Dia berusaha melarikan diri bersama suami dan anaknya setelah mendengar bunyi ledakan. Sebelum terdengar bunyi yang keras, Neni menyatakan hanya melihat asap tebal. "Mata perih, napas sesak," katanya. Setelah menjauh, barulah dia melihat api berkobar.
Sementara itu, Asya, 40 tahun, memutuskan ke luar rumah setelah mencium bau bensin yang menyengat serta mendengar keributan masyarakat. Dia mengingat bau tersebut membuat banyak orang kewalahan. "Orang di sini pada muntah-muntah nyium bau menyengat," tuturnya.
Kebocoran Pipa
PT Pertamina (Persero) menyatakan kebakaran yang dihindari warga Jalan Tanah Merah itu berasal dari area pipa penerimaan BBM. Pertamina menyatakan terjadi kebocoran pipa malam itu. Pemadam kebakaran membutuhkan waktu sekitar tiga jam untuk memadamkan api. "Sejak ditemukan kebocoran pipa penerimaan BBM pada pukul 19.33 dan diikuti terjadinya kebakaran di area permukiman warga, Pertamina segera menyatakan status keadaan darurat," demikian bunyi keterangan pers Pertamina.
Menurut Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina, Erry Widiastono, pipa yang bermasalah merupakan saluran distribusi BBM dari Kilang Balongan menuju tangki di Plumpang. "Itu yang kami duga mampet, lalu muncrat (minyaknya)," katanya. Cipratan cairan tersebut diduga menghasilkan uap karbon.
Pernyataan itu disampaikan Erry saat berbincang dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengenai penyebab kebakaran, Sabtu lalu. Pernyataan tersebut ditayangkan di akun Instagram Erick pada hari yang sama. Kepada Erick, Erry menyatakan dugaan itu masih harus dibuktikan. Tim investigasi internal Pertamina serta Kepolisian RI masih berupaya mencari penyebab kebakaran tersebut.
Dugaan Polisi
Kapolri Jenderal Listyo Sigit menuturkan, dari laporan awal, kebakaran terjadi sekitar pukul 20.00. Di lokasi, tengah berlangsung pengisian bahan bakar jenis Pertamax yang dikirim dari Kilang Balongan. Dia menyebutkan terjadi gangguan teknis yang memicu tekanan berlebihan saat pengisian bahan bakar. Lalu terjadilah kebakaran.
Saat ini tim investigasi dari Polri sedang mendalami pemicu kebakaran. "Saat ini kita sedang kumpulkan saksi, CCTV, kemudian hal-hal yang kita perlukan sifatnya teknis sehingga nanti bisa kita jelaskan secara scientific crime investigation tentang peristiwa sebenarnya," tuturnya dalam keterangan tertulis, kemarin.
Dugaan Penyebab Ledakan di Depo Pertamina
Sumber TEMPO yang mengetahui seluk-beluk audit Depo Pertamina menuturkan terdapat sejumlah catatan perbaikan yang belum digubris Pertamina. Kondisi ini jika dibiarkan bisa memicu kecelakaan seperti di Plumpang.
Salah satu catatannya adalah prosedur penyaluran BBM ke tangki di depo. Sebelum pengisian tangki dimulai, petugas biasanya mengeluarkan uap dari penampung bahan bakar tersebut. Sayangnya, uap yang bersifat mudah terbakar itu justru tidak menjadi perhatian. "Sekadar dibuang," tuturnya.
Dia menuturkan ada juga catatan mengenai perawatan fasilitas di depo, yakni pompa yang secara kinerja mekanis sudah mulai berkurang dan butuh peremajaan. Catatan lainnya adalah sarana penangkap petir yang masih konvensional di depo serta pengecekan keandalan penangkal tersebut.
Menanggapi dugaan Pertamina mengenai sumbatan di dalam pipa, dia menduga kondisi ini dipicu minimnya perawatan. "Ada scalling atau kerak-kerak di dalam pipa sehingga bisa mampet," katanya. Ketika terjadi tekanan tinggi akibat hambatan tersebut, dia mencatat seharusnya perusahaan sudah bisa mengantisipasi.
Catatan lainnya adalah instalasi penangkal petir yang kurang bagus bisa merembet ke instalasi kelistrikan di depo. “Bisa jadi instalasi penangkal petirnya kurang berfungsi, jadi nyamber ke instalasi listrik dan instalasi listriknya terhubung dengan pompa,” katanya.
Adapun ahli petir dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Reynaldo Zoro, menduga ada dua kemungkinan penyebab kebakaran di Depo Plumpang, yaitu kelalaian manusia atau petir. Menurut dia, saat kejadian, sedang terjadi badai petir. Dari berbagai informasi yang diperolehnya, seperti dari rekaman video, dia melihat petirnya mirip dengan yang terjadi di Balongan. Pada akhir Maret 2021, terjadi kebakaran kilang milik Pertamina di Balongan, Indramayu. “Berbau dulu, bau bensin menyengat, kemudian terbakar,” ujarnya.
Berdasarkan pengalamannya dengan kepolisian, petugas mencari tahu kemungkinan unsur kelalaian. Selain itu, mencari asal mula api ketika ada bahan bakar dan oksigen sebagai tiga faktor penyebab kebakaran. “Penyebab apinya itu belum tahu, tapi baunya (BBM) sudah ke mana-mana. Nah, itu pas badai petir, apakah penyebabnya petir, itu yang perlu diinvestigasi,” kata Zoro.
Menurut dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB itu, pengaruh petir bisa dipastikan dari beberapa data, seperti rekaman kamera pengawas CCTV Pertamina, data petir dari PLN, dan para saksi kejadian.
Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menyatakan Pertamina selalu menerapkan standar keamanan tinggi di setiap fasilitasnya. "Terminal BBM Plumpang termasuk salah satu TBBM terbaik," katanya.
Communication, Relation, & CSR Manager PT Kilang Pertamina Internasional Unit VI Balongan, Zulkifli, pun memastikan pemeliharaan aset tak luput dilakukan perusahaan. "Perawatan Depo Plumpang dilakukan sesuai dengan ketentuan," tuturnya.
(Selengkapnya baca: KORAN TEMPO, Senin, 6 Maret 2023)