Dalam hidup ini kita sering kita berpikir mengapa ada orang yang hidupnya mulus-mulus saja? Di sisi lain mengapa ada orang yang tak habis-habisnya ketiban sial? Jauh dari keberuntungan?
Ada sebuah sains yang berbasis fisika kuantum yang jika membahas setiap peristiwa selalu dianalisis dalam perspektif vibrasi. Yakni, bagaimana getarannya ke prosesor semesta.
Di dalam alQuran di surat Al-Isra ayat 7 Allah menegaskan bahwa apapun yang kita lakukan dalam hidup ini akan berbalik kepada diri kita sendiri. Kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain nanti akan berbuah kebaikan pada diri sendiri. Begitu juga sebaliknya. Berbuat buruk pada orang lain maka suatu saat kita akan menerima keburukan itu juga. Hanya soal waktu dan momentum.
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ
"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri." [17:7]
Di dalam perspektif vibrasi ada yang disebut sebagai Hukum Gema. Intinya apa yang terjadi dalam hidup sebenarnya adalah berawal dari apa yang kita pantulkan getarannya ke semesta. Setelah diproses di bigdata semesta suara atau getaran yang kita kirimkan itu akan dipantulkan balik. Dan dari situlah realita peristiwa terbentuk.
Jadi, kalau ada yang saat ini hidupnya merasa terus menerus merasa susah. Usaha apa-apa nggak jalan. Punya tabungan sebentar saja langsung habis ditipu orang. Masuk rumah sakit berkali-kali. Punya uang nggak pernah terkumpul. Selalu habis secara tidak jelas. Banyak musibah bertubi-tubi terjadi.
Maka tugas pertama adalah tengoklah ke dalam diri. Jangan-jangan kita sendirilah yang membuatnya seperti itu. Kitalah yang mengundang penderitaan-penderitaan itu datang. Kesialan-kesialan itu datang. Musibah itu hadir bertubi-tubi.
Loh, kok bisa kita mengundang kesialan kita sendiri?
Ya, benar! Seperti juga keberuntungan dan kemudahan hidup yang bisa kita hadirkan sendiri. Begitu juga musibah dan kesialan hidup itu juga kitalah yang mengundang untuk hadir menghantam hidup kita.
Kita sendirilah yang menghambat kemudahan, keberuntungan, kesuksesan itu datang. Bagaimana bisa terhambat? Ya, karena kita menghambat dengan kelakuan kita sendiri. Dengan getaran vibrasi yang kita gaungkan ke semesta.
Salah satunya mungkin karena kita pernah menghambat duitnya orang lain. Kita pernah meminjam uang dan lupa atau lama belum mengembalikan. Ini bukan soal angkanya berapa. Di semesta angka itu tidak penting karena yang penting adalah sinyalnya, vibrasinya.
Tidak membayar hutang adalah vibrasi buruk. Menahan-nahan pembayaran hutang juga vibrasinya buruk.
Namanya vibrasi force dalam piramida R. Hawkins. Itu vibrasi negatif yang akan mengundang kejadian-kejadian negatif. Positif menarik positif, negatif akan menarik negatif juga. Begitulah hukum vibrasi di semesta bekerja.
Anda menghambat jalan rezekinya orang karena tidak segera membayar hutangnya maka jangan kaget kalau rezeki Anda juga akan selalu seret. Kalau toh sempat pegang uang maka tak lama uang itu akan hilang lagi. Entah ketipu, dipinjam teman, nebus obat di rumah sakit, mengganti kerugian orang karena motornya beret kesenggol, atau apapun kejadian bisa terjadi tiba-tiba sebagai cara uang itu lepas. Sekali lagi vibrasi semesta punya caranya sendiri untuk bekerja. Mengikuti hukum alam yang tidak bisa direkayasa. Yang pasti. Tak bisa diakali. Kalau menanam A ya akan panen A. Kalau menabur X ya akan panen X. Tidak bisa dibolak balik. Itulah yang dalam sains disebut hukum kekekalan energi.
Lagi bagaimana caranya agar sumbatan rezeki itu bisa terlepas? Ya tidak ada cara lain kita sendiri yang harus melepasnya.
Pertama, introspeksi diri pernahkah kita punya janji yang belum ditepati? Kepada teman, orang tua, adik, guru, tetangga, atau siapa pun. Ingat-ingat itu. Kalau sudah ketemu segera tunaikan janjimu. Meskipun itu hanya janji mau membelikan permen atau coklat ke anak kecil. Semesta sudah mencatat. Harus ditunaikan. Kalau tidak akan menjadi hambatan.
Apalagi yang pernah janji akan mengumrohkan orang tua kalau duitnya sudah ada. Eh, pas ada rezeki masuk dan duitnya cukup malah dipakai untuk usaha. Hampir pasti bisnisnya akan hancur itu nanti.
Harusnya segera tunaikan janjinya. Waktu orang tua berangkat mintai doa-doa mereka saat berada di Mekah. Saat hati mereka gembira bertemu rumah Tuhan-Nya. Kiblat shalatnya. Bersoa dengan kesadaran jiwanya di puncak tertinggi. Doa mereka yang gembira hatinya itu akan diproses semesta lebih cepat. Dan jika doa yang dipanjatkan itu untuk kita maka jangan kaget setelah itu rezeki bisa banjir tam terbendung. Segala sesuatu yang kemaren-kemaren sulit tiba-tiba menjadi sekarang menjadi mudah.
Kedua, ingat-ingat lagi pernahkah punya hutang dan belum terbayar sampai hari ini? Jika ada segera tunaikan. Jangan pakai nanti, jangan sampai ditunda lagi.
Bagaimana jika belum punya uang untuk melunasinya? Tetap datangi orangnya. Bicara baik-baik. Ceritakan kondisi yang sedang dialami. Dan yang paling penting meminta maaf. Minta maaf dari hati yang terdalam akibat keterlambatan membayar hutang itu.
Yang terbaik, bayarlah dengan uang yang dipunya. Yang ada sekarang. Berapa pun itu. Bayar dan minta maaf baru bisa menyicilnya sekian. Ada uang lagi, bayar lagi. Utamakan membayarnya. Sementara berpuasa daud dulu jika uang yang didapatkan tidak bisa buat makan tiga kali sehari.
Maaf itu vibrasi positif. Dimaafkan itu vibrasi positif. Anda akan mendapatkan vibrasi positif dobel. Itu yang ke depannya akan menarik jalan rezeki lebih kenceng. Selama masih ada hambatan energi maaf ini maka selamanya akan ruwet jalan rezekinya. Sebaliknya mendapatkan energi maaf akan membuka jalannya pintu rezeki lebih lebar lagi. Begitulah cara hukum vibrasi bekerja.
Bagi semesta bukan jumlah uangnya yang penting. Yang akan dicatat di bigdata semesta adalah energi atau sinyal mampunya. Membayar sebagian dari hutang itu adalah sinyal positif yang dikirim ke semesta. Getaran vibrasi positif inilah yang akan direkam semesta. Bahwa orang ini mampu, bisa, berlebih, tidak miskin, cukup, sehingga kuat membayar hutangnya. Dan pelan namun pasti itulah yang akan terwujud menjadi realita. Kekuatan dan kecukupan untuk membayar seluruh hutangnya. Ajaib! Tahu-tahu lunas begitu saja. Itu sudah banyak terjadi. Banyak orang sudah membuktikannya. Anda tinggal ikuti polanya.
Itulah sebabnya dalam Islam ada istilah jangan menzalimi orang lain karena doa orang yang terzalimi itu makbul. Orang yang belum Anda lunasi hutangnya itu secara vibrasi, secara rasa, secara energi, dalam posisi terzalimi. Kalau orang itu sempat terucap, terpikir, atau membatin supaya orang-orang yang pinjam uang kepadanya dan lupa mengembalikan hutang itu agar dikenai musibah atau kecelakaan atau susah hidupnya maka kunfayakun itulah yang akan terjadi. Doa dalam batin dia akan diproses semesta dan hidup Anda akan susah beneran.
Itu pula sebabnya dalam Islam ditegaskan jika ada orang meninggal sebelum mayat dikuburkan maka keluarganya harus membereskan dulu hutang-hutangnya yang belum terbayar. Karena hutang yang belum dilunasi itu akan menghambat jalannya untuk sampai di surga-Nya. Menghambat si mayat mendapat rahmat dan ridho-Nya.
Hal ini menunjukkan betapa seriusnya membayar hutang itu dalam ajaran Islam. Hutang itu akan dibawa sampai mati. Baru dianggap beres sampai keluarganya membayarnya tunai. Setelah ditubaikan barulah proses perjalanannya almarhum menghadap Sang Pemilik Surga akan lancar kembali.
Jadi, jika masih hidup, tidak menunaikan pembayaran hutang akan menjadi penghambat jalannya rezeki. Membuat hidup jadi susah dan musibah datang bertubi-tubi. Itu hukum semesta yang pasti.
Sedangkan bagi yang sudah mati, sisa hutang yang belum terbayar akan menghambatnya untuk mendapatkan tempat yang layak di sisi Ilahi.
Maka jika ingin jalannya rezeki semakin lancar dan semakin mudah mulai sekarang jangan pernah menunda pembayaran hutang. Resikonya sangatlah berat. Bukan hanya di dunia saja. Bahkan hingga ke akherat!
Jadi, sekarang sudah tahu kuncinya kan? Pilihan ada di tangan Anda! Mau rezekinya lancar atau mau selalu terhalang sepanjang masa. Ikuti hukum pasti dari Sang Maha Pencipta!
(Oleh: Among Kurnia Ebo)