Makna Setan yang Terbelenggu di Ramadhan
Oleh: Fahrizal Fadil
Ada sebuah Hadits yang sering disampaikan berulang-ulang saat memasuki bulan Ramadhan sebagai penjelasan keutamaan bulan ini. Yaitu hadits tentang terbukanya pintu-pintu Surga, tertutup rapatnya pintu Neraka, dan terbelenggunya setan-setan. Meskipun sering terulang, ada pertanyaan yang sering diajukan oleh beberapa orang tentang makna terbelenggunya setan.
Jika ia benar terbelenggu lalu mengapa masih ada keburukan atau maksiat yang terjadi saat bulan mulia tersebut? Mengapa masih ada orang yang berani dengan sengaja makan saat siang hari bulan Ramadhan? Mungkin sebagian besar thalib ilmi sudah mengetahui jawabannya, tapi saya sengaja menulis ini sebagai jawaban bagi yang bertanya, dan simpanan saya untuk mengulang bacaan.
Hadits yang disebutkan di atas, diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim. Saya pernah membaca jawaban atas pertanyaan di atas yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Umar Al-Qurtubi (w. 656 H) dalam kitab Al-Mufhim li ma Usykila min Talkhis Muslim.
Pada kitab tersebut, Imam Al-Qurtubi memberikan tiga jawaban. Pertama, setan hanya dibelenggu dari orang-orang yang menjaga adab-adab saat puasa, sedangkan orang yang tidak menjaga adab, maka setan pada dirinya tidak dibelenggu. Jawaban ini bagi saya kurang memuaskan.
Jawaban kedua, jika kita yakini bahwa semua setan dibelenggu secara total saat Ramadhan, maka tidak pasti semua keburukan akan berhenti juga secara total. Mengapa? Karena keburukan tidak hanya terjadi karena setan, melainkan ada bagian besar yang diambil oleh hawa nafsu.
Maka jika ada orang yang masih melakukan keburukan, sebetulnya setan sudah lepas tangan, ia tidak ikut campur. Namun hawa nafsunya sendirilah yang membuatnya melakukan keburukan, lalu dengan wajah tanpa dosa ia menuduh setan telah menggodanya.
Jawaban ketiga, bahwa tidak semua setan yang dibelenggu, tapi hanya para dedengkotnya saja. Adapun selainnya, masih berkeliaran. Maka dgn makna ini, bisa diartikan makna terbelenggunya setan adalah menipisnya keburukan saat bulan tersebut, dan ini memang terjadi.
Memaknai terbelenggunya setan dengan menipisnya keburukan ini memiliki penguat dengan hadits-hadist yang lain, semisal sabda Rasulullah: “Puasa adalah perisai (junnah)”, atau sabda beliau yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari: “Sesungguhnya setan mengalir pada tubuh anak adam melalui aliran darah, maka persempitlah jalan setan dengan rasa lapar”, maka dengan puasa, jalan mereka menjadi sempit dan kesempatan melakukan keburukan semakin sedikit. Wallahu 'Alam.
Disarikan dari bagian Kitab Al-Mufhim li ma Usykila min Talkhis Muslim.
Sabtu 18 Maret 2023