Sayyidina ‘Alī bin Abī Thālib berkata:
"Demi Allah, Sahabat Umar bermanfaat untuk manusia semasa hidup dan setelah wafatnya. Berkat Umar bin Khattab ra mudah-mudahan kelak kita tidak melihat wajah munkar dan nakir yang sangat menakutkan dan menyeramkan".
Apa yang mendasari "atsar" (perkataan sahabat Ali) tersebut??
Sejarah Islam mencatat, musim kemarau & kekeringan panjang pernah melanda umat pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab. Selama 9 bulan Jazirah Arab pada masa itu mengalami kemarau yg melelahkan. Peristiwa ini dikenal sebagai Amar Ramadah (Tahun Abu).
Segala usaha pertanian dan peternakan yg diupayakan hasilnya hancur total. Hewan² ternak seperti domba dan unta tak lagi dapat menghasilkan susu. Kondisi tubuh ternak-ternak itu pun cukup mengenaskan, kurus².
Pada awal musim paceklik, para penduduk Kota Madinah dapat menyimpan cadangan makanan karena taraf hidup kesejahteraannya sudah meningkat. Lain lagi dengan kaum Arab Badui pedalaman. Tak ada yg dapat mereka simpan sehingga sejak awal mereka telah berbondong² ke Madinah. Mereka datang meminta bantuan Umar, yg ketika itu menjabat sebagai pimpinan tertinggi umat Islam, sekadar mencari remah² yg dapat dimakan. Lambat laun, gelombang pengungsi ke Madinah makin tak tertahankan. Bencana kelaparan mengancam penduduk kota, sementara hujan tak kunjung turun, peristiwa itu terjadi tahun 17 Hijriyah.
Dalam kondisi seperti itu, uang tidak ada lagi artinya. Tidak ada makanan yg dapat dibeli karena hasil panen pun sudah hancur total.
Melihat kondisi paceklik ini, Khalifah Umar tidak tinggal diam. Sebagai pemimpin umat Islam dia pun turut merasakan apa yg dirasakan rakyatnya.
Kenyataannya, memang Umar sangat prihatin. Ia menulis surat kepada wakil²nya (para Gubernur) di Irak dan Syam untuk meminta pertolongan.
Kepada Amr bin Ash di Palestina, ia menulis: "Salam sejahtera bagi Anda. Anda melihat kami sudah akan binasa, sedang Anda dan rakyat Anda masih hidup. Kami sangat memerlukan pertolongan, sekali lagi pertolongan." Tegas, lugas.
Surat serupa juga dia kirim kepada Mu'awiyah bin Abi Sufyan dan "Abu Ubaidah bin Jarrah" di Syam, juga kepada Sa'ad bin Abi Waqqash di Irak.
Kaum Muslim di berbagai wilayah pun bergegas mengulurkan bantuan. Abu Ubaidah bin Jarah "paling cepat memenuhi seruan" Umar. Empat ribu unta bermuatan penuh bahan pangan segera dikirim. Dari Palestina, Amr bin Ash mengirimkan makanan lewat jalur darat dan laut.
Ada tepung dan lemak, bersama seribu unta. Dari Syam, Mu'awiyah juga mengirim tiga ribu unta, sedang Saa'd mengirim seribu unta bermuatan tepung. Mantel, selimut, dan pakaian turut dikirimkan bersama bahan pangan. Solidaritas terjalin kuat di kalangan Muslimin.
Kebijakan Umar dalam mengelola bantuan telah terorganisasi dengan baik. Sesampainya bantuan di Madinah, Umar menunjuk beberapa orang terpercaya untuk melakukan distribusi. Ia sendiri ikut turun membagikan makanan bagi penduduk Madinah.
Setiap berapa hari sekali, mereka sembelih hewan untuk dimakan bersama dengan orang banyak. Umar pun turut mengotori tangan untuk mengolah adonan roti bercampur zaitun. Setiap malam, para pejabat Umar berkumpul dan melaporkan segala sesuatu yg mereka alami siang harinya.
"Andaikata untuk meringankan beban rakyat saya harus membawakan perlengkapan kepada masing² keluarga di setiap rumah, lalu mereka saling membagi makanan sampai Allah memberi kelapangan, akan saya lakukan," ujar Umar menegaskan.
Kelaparan berkepanjangan menimbulkan bencana susulan berupa penyakit dan kematian. Kendati Umar telah berupaya maksimal, banyak penduduk Arab sakit dan mati.
Sembilan bulan itu, kaum Muslim merasakan ujian berat.
Tak hanya mengharap bantuan dari kaum Muslim, Amirul Mukminin mengajak rakyat melakukan shalat Istisqa untuk meminta hujan.
Sekian waktu, Allah mengabulkan doa mereka. Gerimis pertama menghampiri Semenanjung Arab. Tanah basah, pohon bersemi, dan dedaunan menghijau. Kaum Muslim terlepas dari bencana.
***
Ketika menjadi Gubernur Mesir, Amr bin ‘Ash berkeinginan untuk mendirikan Masjid yg bersebelahan dengan istananya. Akan tetapi, cita-cita tersebut terhalang oleh lahan yg harus menggusur tanah rakyat. Betul saja, ada sebidang tanah milik salah satu warganya, nenek Yahudi.
Dengan segala upaya, para pembantu gubernur meminta (negosiasi) agar sang nenek mau menjual tanahnya untuk pendirian Masjid. Sang nenek tetap saja bersikeras tidak akan menjual tanahnya walaupun cuma satu jengkal, termasuk kepada sang gubernur, Amr bin ‘Ash.
Walaupun bersitegang dengan nenek Yahudi, upaya melobi sang nenek oleh pihak pemerintah tetap berlanjut. Mulai dari akan memberi ganti rugi dengan harga yg tinggi sampai pada ingin melipat gandakan harga tanah tersebut jika sang nenek mau menjualnya. Namun perundingan itu gagal.
Melihat keteguhan sang nenek, Amr bin ‘Ash menggunakan status sosialnya sebagai penguasa Mesir. Ia mengambil keputusan untuk menggusur tanah dan rumah sang nenek Yahudi tersebut.
Karena tidak rela dengan perlakuan Amr bin ‘Ash, sang nenek Yahudi mencari keadilan kepada pemerintah pusat, yakni Khalifah Umar bin Khattab. Ia berharap agar bisa bertemu dengan Khalifah untuk mengadukan masalahnya. Sejurus kemudian, ia pun bertemu dengan sang Khalifah.
“Apa keperluan nenek datang jauh-jauh dari Mesir untuk ketemu saya?” tanya Umar.
Nenek itu kemudian bercerita tentang kejadian yg telah dialaminya. Laporan nenek yg teraniaya oleh perilaku bawahannya tersebut membuat Khalifah Umar bin Khattab meradang.
Setelah beberapa saat, nenek itu oleh Umar diminta untuk mengambil tulang belikat onta dari tempat sampah. Setelah ketemu, ia menyerahkannya kepada Umar. Kemudian Umar menggores tulang unta itu garis tegak lurus dari atas ke bawah seperti huruf alif. Lalu ditengah goresan itu dibubuhi goresan melintang menggunakan ujung pedang.
“Nenek, silahkan kembali ke Mesir. Bawalah tulang ini dan berikan kepada Gubernur Anda”, pinta Umar kepada sang nenek.
Sesampainya di Mesir, nenek tersebut menyerahkan tulang tersebut kepada Amr bin ‘Ash. Setelah menerima tulang itu tubuh Amr bin ‘Ash menggigil dan wajahnya pucat. Saat itu juga Amr bin ‘Ash memerintahkan untuk membongkar Masjid yg sedang dibangun. Dan meminta kembali kepada rakyatnya untuk membangun kembali gubuk sang nenek Yahudi.
Nenek Yahudi itu bingung dengan perilaku gubernur. Ia berfikir, “Mengapa itu bisa terjadi? Bukankah aku hanya membawa tulang yg berisi garis. Tapi kenapa dari benda tak berharga itu gubernur menjadi ketakutan?”
Ia pun menemui Amr bin ‘Ash dan berkata, “ Wahai Gubernur, jangan bongkar dulu Masjid ini” tuturnya.
“Ketahuilah wahai nenek, tulang itu memang tampak biasa. Tetapi karena yg mengirim adalah Khalifah Umar bin Khattab, tulang itu menjadi peringatan keras kepadaku. Tulang itu memilki isarat ancaman Khalifah. Itu berarti apapun pangkat dan kekuasaanmu suatu saat kamu juga akan bernasib sama seperti tulang ini.”
Sejenak Amr melanjutkan, “Karena itu berbuat adillah kamu seperti huruf alif yg tegak lurus. Adil kepada siapa saja, baik kepada masyarakat bawah ataupun atas. Sebab kalau kau tidak bertindak adil seperti goresan tulang itu, maka batang leherku akan ditebas.”
Nenek itu tertegun dan menunduk terharu mendengar penjelasan Amr bin ‘Ash. Ia terkesan dengan keadilan dalam Islam yg telah diterapkan sang Khalifah. Akhirnya sang nenek itu mengikhlaskan tanahnya untuk pembangunan masjid dan ia sendiri memeluk Islam.
***
Sebab kelembutan malaikat Munkar & Nakir terhadap orang beriman di alam kubur adalah "barokah" ketika Sayyidina Umar bin Khattab wafat, lalu dimakamkan dan masyarakat yg mengantarkan jenazahnya meninggalkan makam.
Begitu penasaranya Sayyidina Ali terhadap Ketegasan Umar, apakah ketegasan Umar sampai ke alam Barzakh? Kemudian Ali memilih bertahan. Ia mengawasi kubur untuk mendengarkan percakapan Sayyidina Umar ra dan dua malaikat kubur.
Ali bin Thalib ra duduk di atas pekuburan beberapa saat, ketika semua para sahabat telah kembali ke rumahnya masing², setelah itu Ali pulang.
Beberapa sahabat menemui beliau dan bertanya kepada sayyidina Ali : "Wahai Ali apa yg kau lakukan tadi duduk di pekuburan sayyidina Umar bin Khattab di saat semua para sahabat telah pulang?"
Berkata sayyidina Ali: "Betul, saya duduk di pekuburan Umar ingin tahu Apa yg terjadi kepada Umar di dalam kuburannya setelah ia meninggal dunia”.
Apa yg terjadi wahai Ali? bertanya para sahabat penasaran.
"Aku dapati, Umar bin Khattab didatangi malaikat Munkar dan Nakir, untuk ditanyakan siapa Tuhanmu, siapa Nabi mu."
Lalu Apa yg terjadi wahai Ali, tanya sahabat …?
Ali menjawab: "Ketika Umar bin Khattab didatangi malaikat Munkar dan Nakir untuk ditanya Ya Umar siapa Tuhan Mu, siapa Nabi mu. Maka Umar malah "membentak" malaikat munkar dan nakir. "Kalian bertanya kepadaku tentang siapa Tuhanku dan siapa Nabiku? Hah…? Selama ini aku berjuang bersama Nabi. Lalu kalian masih menanyakan siapa Tuhanku dan Siapa Nabi ku? Kalian berdua: Siapa Tuhan kalian?"
Terdiam kedua malaikat munkar dan nakir.
Lalu Umar bin khattab ra berkata: "Wahai dua malaikat kubur, aku peringatkan kalian dan berwasiat kepada kalian agar setelah ini kalian jangan mendatangi orang beriman dengan bentuk yg menyeramkan ini. Kurangilah sisi menyeramkannya itu karena ketika melihat kalian dengan bentuk seperti ini aku takut dan sangat terkejut menyeramkan. Aku, Umar bin Khattab seumur hidup belum pernah merasakan ketakutan ketika melihat wajah yg sangat menakutkan seperti wajah kalian, bagaimana dengan orang Islam lainnya yg lebih lemah dari saya? Padahal aku adalah sahabat Rasulullah. Bagaimana dengan yg lain ketika melihat kalian berdua seperti ini?” kata Umar kepada keduanya.
"Baik, kami mendengar dan patuh. Kami takkan melanggar perintahmu, wahai sahabat Rasululah,” jawab kedua malaikat itu.
Sejak saat itu, Malaikat Munkar dan Nakir berpenampilan lebih ramah kepada jenazah baru dari kalangan orang yg beriman demi menjalankan amanah dan wasiat dari Sayyidina Umar.
Mendengar itu, Sayyidina Ali memuji jasa Umar.
فقال سيدنا علي رضي الله عنه والله ما يزال عمر ينفع الناس في حياته ومماته
Sayyidina Ali berkata: "Demi Allah, Sahabat Umar bermanfaat untuk manusia semasa hidup dan setelah wafatnya."
Berkat Umar bin khattab ra mudah-mudahan kelak kita TIDAK melihat wajah munkar dan nakir yg sangat menakutkan dan menyeramkan. امين
Umar juga kerap mendapat ilham dari Allah sehingga dapat mengetahui sesuatu yg ghaib atau belum terjadi. Allah juga memberikan karunia ini kepada umat terdahulu. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :
قد كان قبلكم في بني إسرائيل محدثون من غير أن يكونوا أنبياء فإن يكن في أمتي أحدٌ فعمر
"Pada umat sebelum kalian, yaitu pada Bani Israel terdapat sekelompok orang yg mendapat ilham dari Allah, tetapi mereka bukan kalangan nabi. Kalau terjadi di tengah umatku, maka orang itu adalah Umar,’”
(Hr Bukhari, Muslim).
Begitu barokah (berkahnya) Sayyidina Umar Saat beliau hidup hingga wafatnya.
والله اعلم
(Musa Muhammad)