Yang belum saya temui secara langsung adalah pemotongan hewan Kurban, karena harus dilakukan sama yang ahli dan di tempat khusus. Tapi ini juga tidak masalah, karena kurban bisa dilakukan di luar Jerman.
Hampir setiap kota ada masjid, bahkan ada pengajian rutin yang dilakukan oleh komunitas Indonesia, baik ibu ibu, mahasiswa bahkan anak anak. Kalau mau belajar agama lebih dalam juga banyak yang ahli, contoh di Aachen ada masjid Ditib - Yunus Emre Moschee, melakukan pengajian hampir tiap malam. (foto atas)
Orang Jerman memang suka minum bir dan makan babi, tidak masalah karena itu budaya mereka, saya cuma tegaskan saya tidak minum bir dan makan babi, selesai urusan, tidak perlu jelaskan alasannya, tapi mereka pasti ngerti.
Mereka sudah mengerti budaya Islam, termasuk puasa Ramadhan.
Banyak restauran halal di setiap kota, termasuk penjual daging yang khusus halal kalau mau masak sendiri di rumah.
Kadang mereka godain pakai makanan enak waktu saya sedang puasa, termasuk melihat di kamar mandi apakah saya minum atau tidak.
Begitu juga dengan alkohol, saya ikut gaul di bar atau pertemuan umum, tapi saya pesan teh panas.
Keren lho minum teh di Bar.
Kenapa ini saya ceritakan lagi ?
Sebagai penegasan bahwa anda bisa hidup dimana saja tanpa kehilangan prinsip hidup dan tidak mengganggu budaya lokal.
(Wahyu Sunduseng)
_____
*Keterangan photo: Masjid DITIB-Aachen
