Penipuan dan kedzaliman atas nama hijrah, begitu istilah yang mungkin tepat untuk kejadian yang dialami oleh rekan dan klien saya ini.
Singkat cerita rekan saya sedang dalam proses pertumbuhan bisnis yang meningkat signifikan. Peningkatan ini punya konsekuensi kebutuhan "hiring" tenaga dari profesional. Karena level bisnisnya berbeda.
Setelah berusaha mencari dll, akhirnya direkomendasikan lah oleh temannya kepada seseorang mantan karyawan perusahaan besar yang sudah resign dan saat ini mencari pekerjaan.
Sang kandidat berpenampilan "nyunnah" dan dari awal berkenalan menceritakan proses hijrahnya. Dari yang perokok berat, sampai bisa berhenti. Dari yang dulu biasa clubing jadi yang begini. Dari penampilan lama ke penampilan sekarang ini.
Beliau juga menceritakan proses hijrahnya di pekerjaan. Beliau cerita dulu bisa memanipulasi data keuangan untuk kepentingan pribadi (korupsi), karena beliau pakar di keuangan.
Mendengar cerita "surgawi" seperti ini siapa sih yang tidak kepincut?. Dan memang yang dibutuhkan saat ini adalah tenaga yang ahli dalam bidang keuangan. Menata keuangan perusahaan yang tidak rapi.
Akhirnya diterima lah sang profesional ini masuk bekerja di perusahannya. Dan memang dari awal masuk langsung buat gebrakan2 yang revolusioner yang membuat rekan saya terkagum-kagum. "Tersihir" dengan kesan pertama.
Waktu berjalan, mulai ada keanehan2. Mulai ga harmonis dengan beberapa orang lama karena memang sang profesional langsung mendapatkan posisi strategis. Satu persatu team lama yang baik berguguran.
Selain itu yg aneh adalah masalah keuangan. Jika dilihat kasar mata penjualan semakin bagus, tetapi kok profit dll semakin turun. Keraguan mulai ada.
Dan akhirnya, rekan saya mendatangkan team yang investigasi, melakukan audit dari pihak eksternal. Dan ternyata sang profesional terbukti nyata melakukan tindak korupsi. Dengan nilai yang begitu mencengangkan.
Pelajaran dari kisah ini bukan untuk mengenalisir atau mendiskreditkan orang yang hijrah. Karena orang yang korupsi dari kalangan yang tidak hijrah itu saya yakin jauh lebih banyak dan lebih besar.
Saya cuma ingin meng-highlight bahwa hijrah dalam arti lebih dalam seperti hijrah dalam karakter, personaliti, dan spriritual itu jauh lebih berat.
Daripada hijrah secara spiritual, hijrah relegius itu kayaknya lebih mudah. Celana anda berubah lebih cingkrang, pakai baju Koko dan gamis, atau memelihara jenggot, pakai sorban, atau bagi yang wanita hijrah dengan memakai cadar, dll. Itu lebih mudah dilakukan. Tinggal ganti penampilan dan anda berhijrah.
Bukan berarti juga hijrah relegius negatif, itu adalah hal yang positif sekali. Namun memaknai hijrah di sisi yang lebih dalam lagi itu yang jauh lebih berat.
Semoga Allah memberi kita Taufik untuk bisa benar-benar berhijrah. Ramadhan telah dekat insya Allah.
(Arisdiansah)