Memahami Anies dari Perspektif Sejarah
Oleh: Isa Ansori
Anies mungkin sosok yang paling banyak diperbincangkan hari hari ini. Perbincangan seputar Anies tentu akan berkisar pada dua polarisasi, membenci Anies dan memujinya.
Bagi pembenci Anies, tentu akan memproduksi narasi - narasi yang bohong dan ahistoris, karena yang dilakukan adalah menutup fakta atau memanipulasi fakta dengan fakta - fakta lain yang dibumbui dengan fitnah. Bagi mereka Anies tak ada benarnya.
Sebaliknya bagi pecinta Anies, tentu akan berusaha mencari narasi narasi kebaikan yang dilakukan oleh Anies, sekecil apapun atau bahkan sesalah apapun, Anies akan dianggap benar dan dibela habis - habisan.
Terlepas benar atau salah, tapi kita perlu tahu siapa Anies sebenarnya. Sehingga kita bisa menempatkan diri dalam posisi yang baik dan benar terhadap Anies.
Anies itu seperti Puan Maharani dan Yenny Wahid. Mereka bertiga adalah cucu Pahlawan Nasional Indonesia. Artinya bahwa ketiganya adalah cucu dari orang - orang yang pernah berjasa kepada negeri ini. Kakek Puan adalah Ir Soekarno, Proklamator dan presiden pertama RI. Ayah Yenny, Abdurrahman Wahid dan Kakeknya KH Hasyim Asyari, adalah Presiden dan pejuang kemerdekaan yang melahirkan resolusi jihad. Begitu juga dengan Anies Baswedan, Kakeknya yang lahir di Ampel Gading Surabaya, Abdurrahman Baswedan, juga seorang Pahlawan Nasional yang membantu Bung Karno meminta dukungan kemerdekaan ke Timur Tengah dan liga - liga bangsa Arab.
Semasa mahasiswa, Anies dikenal sebagai aktivis pro demokrasi, dia berjuang melawan tirani Orde Baru dan bahkan ketika terjadi pembredelan majalah Tempo dan detik, Anies memimpin demontrasi penentangan.
Sebagaimana Puan Maharani, Yenny Wahid, Anies termasuk putra - putri terbaik bangsa saat ini yang masuk radar sebagai calon pemimpin Nasional, ketiganya masuk dalam kategori calon presiden dan wakil presiden tahun 2024.
Apa yang salah dari Anies?
Lalu apa yang salah dari Anies, kok Anies yang selalu dimusuhi dan dihujat serta dituduh dengan fitnah - fitnah keji yang tak terbukti. Padahal jujur harus diakui Anies adalah orang yang pernah berjasa mengantarkan Jokowi menjadi Presiden di 2014. Saat itu Anies bahkan menjadi garda depan pemenangan Jokowi.
Ketidakpahaman sejarahlah yang menyebabkan banyak orang salah melihat Anies. Mereka yang tak paham sejarah Anies, biasanya mereka yang memang sejak awal tidak bersepakat dengan Anies. Banyak faktor yang menyebabkan, misalkan dendam masa lalu akibat kekalahan pilgub DKI 2017.
Dendam masa lalunya dicarikan narasi pembenar dengan isu isu murahan dan kebohongan, sehingga kehilangan akar sejarah dan akal sehatnya.
Dimulailah tuduhan politik identitas, politik ayat dan mayat, intoleran dan radikal serta narasi narasi sesat lainnya.
Apakah Anies seperti itu? Jakarta adalah saksi atas ketidakbenaran semua itu.
Sebagai seorang cucu Pahlawan Nasional, Anies merasakan adanya keterpanggilan atas kondisi bangsa yang terjadi, hal yang sama juga mungkin dirasakan oleh Puan Maharani dan Yenny Wahid. Mereka terpanggil untuk hadir menjadi bagian menyelesaikan persoalan bangsa.
Narasi Anies ketika memimpin Jakarta adalah menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Jakarta, lalu ia wujudkan dalam program keberpihakannya kepada rakyat, adakah yang salah dari itu?
Begitu juga ketika Anies dicalonkan oleh Partai Nasdem, Demokrat dan PKS dalam Koalisi Perubahan, narasi - narasi yang dibangunpun adalah narasi narasi yang menjadi cita cita para pendiri bangsa sebagaimana yang tertuang didalam UUD 1945 dan pembukaannya serta nilai - nilai yang terkandung didalam Pancasila. Keadilan sosial, perdamaian, kesejahteraan dan ikut melaksanakan ketertiban. Lalu adakah yang salah dari narasi itu? Tentu tidak, kecuali memang kita tidak bersepakat dengan UUD 1945 dan Pancasila.
Bagaiamana Anies menyikapi itu semua?
Anies adalah pribadi yang terbuka, santun, komitmen dan berintegritas. Anies tak pernah peduli dengan tuduhan - tuduhan itu. Bagi Anies menjawab tuduhan itu tidak dengan kata - kata, tuduhan itu harus dijawab dengan karya. Sebuah pribadi fokus berbuat nyata daripada hanya beretorika.
Karya - karya Anies yang nyata itulah yang semakin membuat mereka yang tidak sepaham semakin murka.
Karya nyata itulah yang kemudian membuat Anies dielu elukan rakyat Jakarta, dan kini Anies juga dielu-elukan oleh rakyat Indonesia.
Memahami Anies dan sepak terjangnya, setidaknya akan membuat kita lebih bijak menempatkan Anies dimata kita, dibanding kita hanya marah - marah dan mengumbar angkara.
Anies hadir dengan narasi narasi keadilan, kesejahteraan, perdamaian, toleransi dan keberpihakan, itu semua tertuang didalam pembukaan UUD 1945 dan Pancasila, sehingga kalau itu harus dimusuhi, maka hanya mereka yang memang punya agenda lain diluar UUD 1945 dan Pancasila.
(Surabaya, 21 Februari 2023)