Dulu, ada organisasi yang namanya Badan Pusat Intelijen (BPI) yang dipimpin oleh Subandrio, tokoh PKI yang berpengaruh di kabinet Soekarno.
Dibawah kepemimpinan Subandrio, BPI menjadi sentra produksi hoax dan fitnah yang ditujukan kepada lawan politik PKI.
Dari BPI inilah berawal munculnya isu tentang Dewan Jenderal yang ingin melancarkan kudeta terhadap kepemimpinan Soekarno, dimana isu fitnah tersebut ditujukan kepada para perwira tinggi TNI AD.
Isu tentang adanya Dewan Jenderal terus digembar-gemborkan oleh BPI yang kemudian semakin digencarkan oleh PKI melalui corong media cetak.
PKI menyuap media cetak agar mau memuat berita tentang isu tsb.
Tujuannya supaya rakyat percaya bahwa Dewan Jenderal itu ada.
Begitu dahsyatnya fitnah yg dimunculkan oleh BPI yg saat itu diketuai oleh Subandrio sang kader PKI, sehingga mampu membuat Soekarno yakin tentang adanya perwira tinggi militer TNI AD yg ingin mendongkel Soekarno dari kursi kepresidenan RI.
Dan sejarah pasti akan selalu berulang, meskipun waktu dan pelakunya yg berbeda.
Jika dulu isu Dewan Jenderal yg mereka mainkan, sekarang isu 'radikalisme', 'ekstrimisme' dan 'terorisme' yg mereka koar-koarkan.
👇👇
Dulu, ada organisasi yg namanya Badan Pusat Intelijen (BPI) yg dipimpin oleh Subandrio, tokoh PKI yg berpengaruh di kabinet Soekarno.
— Menteri Koordinator PCR (@RevolusiAkhlaq2) January 30, 2023
Dibawah kepemimpinan Subandrio, BPI menjadi sentra produksi hoax dan fitnah yg ditujukan kepada lawan politik PKI. pic.twitter.com/Z1JvnKMdk3
Isu tentang adanya Dewan Jenderal terus digembar-gemborkan oleh BPI yg kemudian semakin digencarkan oleh PKI melalui corong media cetak.
— Menteri Koordinator PCR (@RevolusiAkhlaq2) January 30, 2023
PKI menyuap media cetak agar mau memuat berita tentang isu tsb.
Tujuannya supaya rakyat percaya bahwa Dewan Jenderal itu ada.
Dan sejarah pasti akan selalu berulang, meskipun waktu dan pelakunya yg berbeda.
— Menteri Koordinator PCR (@RevolusiAkhlaq2) January 30, 2023
Jika dulu isu Dewan Jenderal yg mereka mainkan, sekarang isu 'radikalisme', 'ekstrimisme' dan 'terorisme' yg mereka koar-koarkan.