Oleh: Ustadz Yani Fahriansyah
Saya mengetahui kisah seorang ikhwan tanpa perantara orang ketiga.
Ibunya membutuhkan uang dan berniat berhutang kepada anaknya itu. Si anak hanya punya 200.000 rupiah.
Nominal tersebut adalah begitu besar dan berarti bagi si Ikhwan yang sudah berkeluarga sebab hanya itu yang dia punya dan mereka memang bukan keluarga kaya. Bahkan ibunya sering berhutang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Ia merasa berat memberikan uang 200 ribu itu sebab bertubi-tubi syaitan membisikkan agar ia tidak berbuat baik kepada ibunya. "Tak usah kau berikan, nanti kamu makan apa? Stop. Ibumu bisa berhutang kepada orang lain." Bisik syaitan.
Ia beristighfar berkali-kali kepada Allah atas setitik berat hatinya itu lalu meminta pahala, kebaikan dan balasan dari Allah saja.
Bismillah, ia berikan uang yang sangat dia butuhkan itu kepadanya ibunya tanpa niat memberikan utang.
"Bismillah. Allah Maha Adil. Allah Maha Kaya. Allah sebaik-baik Pembalas niat baik hamba-Nya. Semoga Allah menjaga ibuku dan memberikan ganti dengan yang lebih baik." Tuturnya dalam hati, berbisik dalam doa meminta kekuatan hanya kepada Allah.
Pada kesempatan lain, karena ingin membeli keperluan puteri kecilnya yang masih bayi, ia menagih uang dari seorang temannya yang dipinjam Rp. 100.000. Temannya itu malah menghindar dan memblokir nomor WA-nya.
"Tak apa, Allah akan ganti dengan yang lebih baik dan mulia." Tuturnya.
Dan Allah benar-benar mengganti itu semua. Dalam waktu kurang dari setahun, ia mendapat rizki dari Allah berupa uang 600 juta lebih, atau 3000 kali lipat, tanpa harus bekerja keras dan menabung bertahun-tahun.
Hikmah:
1. Berbakti atau berbuat baik kepada orang tua sama seperti ibadah lainnya dipenuhi godaan-godaan syaitan. Seorang muslim hendaklah berdoa dan meminta kekuatan hati kepada Allah agar dimudahkan berbakti.
2. Walaupun bukan tolak ukur kebahagiaan, harta/uang juga merupakan wasilah untuk berbakti yaitu bisa digunakan untuk membeli keperluan dan membayar hutang mereka, membelikan hadiah, pakaian, dan obat jika mereka sakit, dan lain-lain. Dan ini bisa diniatkan untuk membantu orang tua sehingga mereka mau menerima dakwah atau konten agama yang kita sampaikan.
3. Buah berbakti akan selalu indah pada akhirnya. Saya memiliki rekan yang berbakti kepada ibunya dan kini ia sedang di tanah suci menunaikan ibadah haji di usianya kurang dari 30 tahun tanpa harus menunggu bertahun-tahun dan mengeluarkan sekian juta.
Bukan tentang nilai, tetapi Allah lah Maha Sebaik-baik Pembalas kebaikan hamba-Nya. Saya teringat ungkapan ahli ilmu:
"Tidak akan meninggal dunia dengan cara su-ul khatimah orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya."
(fb)