[PORTAL-ISLAM.ID] Yenny Wahid disebut sebagai tokoh Nahdlatul Ulama yang bisa disandingkan dengan calon presiden usungan Partai NasDem, Anies Baswedan.
Namun menurut Yenny, urusan nama calon presiden dan calon wakil presiden merupakan urusan internal Partai NasDem.
"Duh enak lagi, kemarin (disandingkan dengan) Pak Ganjar, sekarang Pak Anies, ya masyaallah," kata Yenny saat ditemui Tempo, Ahad, 15 Januari 2022.
Siapakah Yenny Wahid?
Yenny Wahid merupakan anak kedua dari pasangan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Sinta Nuriyah. Ia mempunyai seorang kakak, Alisa Wahid dan dua orang adik, Anita Wahid dan Inayah Wahid.
Yenny memiliki nama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh. Ia lahir 29 Oktober 1974 dan merupakan seorang politikus Indonesia dan aktivis Nahdlatul Ulama (NU).
Pada 15 Oktober 2009, Yenny resmi menikah dengan Dhorir Farisi. Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak, yaitu Malica Aurora Madhura, Amira, dan Raisa Isabella Hasna.
Mengutip situs Universitas STEKOM Semarang, Yenny menganut pola pikir islam moderat. Sosoknya mengutamakan kedamaian dan menghargai pluralisme.
Yenny Wahid merupakan alumni SMA Negeri 28 Jakarta, ia lulus pada 1992. Kemudian dirinya melanjutkan studi Psikologi di Universitas Indonesia.
Atas saran ayahnya, Yenny memutuskan keluar dari Universitas Indonesia dan melanjutkan pendidikan Jurusan Desain dan Komunikasi Visual di Universitas Trisakti. Setelahnya Yenny melanjutkan Studi Administrasi Publik di Universitas Harvard, Boston.
Karier Yenny Wahid
Selepas mendapat gelar sarjana Desain dan Komunikasi Visual dari Universitas Trisakti, Yenny memutuskan menjadi wartawan. Ia menjadi koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne) antara 1997 dan 1999. Liputannya mengenai Timor Timur pasca referendum mendapatkan anugerah Walkley Award.
Yenny juga terlibat dalam peliputan di Jakarta yang mencekam menjelang Reformasi 1998. Yenny berhenti dari pekerjaannya saat Gus Dur terpilih menjadi presiden RI ke-4. Sejak itu, Yenny menempati posisi Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, dan selalu mendampingi ayahnya.
Sekitar 2004, Yenny menjabat sebagai direktur Wahid Institute yang saat itu baru berdiri. Ia sempat menjabat staf khusus bidang Komunikasi Politik selama satu setahun di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Namun Yenny mengundurkan diri dengan alasan tidak ingin ada perbedaan kepentingan dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sebab kala itu dirinya menjabat Sekjen Partai PKB periode 2005-2010.
Yenny kemudian mendirikan partai politik sendiri dengan nama Partai Kedaulatan Bangsa. Pada 2012, Partai Kedaulatan Bangsa dan Partai Indonesia Baru (PIB), yang dipimpin oleh Kartini Sjahrir, melebur menjadi satu dengan nama Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB). Yenny ditunjuk sebagai ketua umum partai tersebut.
Pada 2009, Yenny dinobatkan sebagai salah satu penerima penghargaan Young Global Leader oleh World Economic Forum. Yenny juga merupakan anggota dari Global Council on Faith.
Pada Januari 2020, ia ditunjuk menjadi Komisaris Independen Garuda Indonesia. Di mana dirinya dipilih sebagai perwakilan publik. Tak lama kemudian ia mengundurkan diri.
Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid resmi mengundurkan diri sebagai Komisaris Independen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Yenny menandatangani surat pengunduran dirinya pada Jumat, 13 Agustus 2021.
“Untuk membantu mengurangi biaya-biaya yang dikeluarkan Garuda, saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisi saya sebagai komisaris independen. Semoga langkah kecil ini membawa manfaat bagi perusahaan, agar lebih bisa cost efficient, sehingga bisa lebih lincah mengudara,” kata Yenny Wahid dalam akun Instagram pribadinya.[TEMPO]
[VIDEO - Ini Kata Yenny Wahid tentang sosok Anies Baswedan]
Kata kak @yennywahid tentang Mas @aniesbaswedan 👍 pic.twitter.com/olU2ntARvJ
— Katak Pembina 走れ包 (@Reiza_Patters) January 16, 2023