Cara Beragama Daniel Mananta
Oleh: Ustadz Muhammad Abduh Negara
Saya mengikuti beberapa perbincangan Daniel Mananta, meskipun untuk perbincangan dengan UAS dan kasisolusi yang sempat viral, saya tidak menyimak. Dan dari beberapa perbincangan tersebut, sangat terlihat 'ketulusan' sang mantan VJ untuk masuk ke dunia spiritual, mencari ketenangan hidup dan tujuan hidup yang bukan sekadar duniawi, dan hal-hal semisalnya.
Namun di sisi lain, terlihat juga sisi pluralisme agama sang artis, misalnya saat dia begitu mudah menerima dan mengakui perjalanan spiritual tamu-tamunya dari berbagai agama. Tampaknya, baginya perbedaan agama itu bukan masalah, yang penting masing-masing mampu mendapatkan 'ketenangan spiritual'.
Cara beragama seperti ini berbahaya, karena tidak berpijak pada prinsip-prinsip yang kokoh. Semuanya hanya bertujuan mencari 'ketenangan dan kenyamanan spiritual', yang tidak jelas standarnya. Dan zhahir yang terlihat, ada yang mendapatkan ketenangan yang dimaksud dengan shalat, ada yang mendapatkannya dengan berdoa di gereja, ada yang mendapatkan dengan bertapa di kuil, ada yang mendapatkan ketenangan dengan melakukan yoga, ada juga yang mendapatkannya dengan semedi di dalam goa, dan seterusnya.
Cara beragama seperti ini juga akan menganggap jelek semua hal yang menurut mereka 'tidak berisi ketenangan', meskipun mungkin mereka akan menarasikannya dengan narasi welas asih. Bagi mereka teriakan, pertumpahan darah, perdebatan keras, dan semisalnya adalah kejelekan. Padahal, dalam Islam hal itu tidak selalu jelek.
Cara beragama seperti ini juga akan menafikan pencarian kebenaran dengan burhan, dengan bukti dalil 'aqli dan naqli, karena bagi mereka iman itu tidak bisa dinalar, dan yang dicari dari iman adalah ketenangan. Maka selama anda sudah punya 'ketenangan dan kenyamanan spiritual', maka anda sudah mencapai tujuan anda dalam beragama.
06/01/2023
(fb)