Purna dari gubernur DKI, Anies Baswedan nampak semakin padat acaranya. Jauh lebih sibuk dari sebelumnya, kata orang-orang di sekeliling Anies. Jika sebelumnya hanya melayani warga Jakarta, sekarang harus melayani warga Indonesia.
Undangan dari berbagai daerah numpuk di meja sekprinya. Tidak saja dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Maklum, Anies bukan hanya tokoh nasional, tapi namanya sudah mengglobal. Beberapa hari lalu Anies diminta mengisi acara ISEAS meeting di Singapora. Dari Singapora langsung terbang ke London Inggris. Di Inggris Anies diangkat menjadi Anggota Dewan Oxford University.
Jadwal Anies sama padatnya dengan ketika ia jadi mendikbud maupun Gubernur DKI. Dari sini kita melihat Anies memang tipe seorang pekerja yang disiplin dan konsisten. Kerja keras, kedisiplinan dan konsistensi inilah yang membuat Anies memiliki karir yang cukup cemerlang dalam sejarah hidupnya. Mulai dari ketua OSIS, Ketua Senat Mahasiswa, ikut pertukaran pelajar, S2 dan S3 di Amerika, Rektor Paramadina, Mendikbud, Gubernur DKI hingga bakal capres 2024.
Jika ada yang bilang Anies tidak pandai bekerja, pasti akan banyak orang yang menunjukkan bukti perubahan yang terjadi di ibu kota ketika dipimpin Anies. Dengan itu, cukup menjadi jawaban, tanpa harus lelah berdebat.
Konsekuensi dicapreskan, Anies harus rela mewakafkan seluruh waktunya untuk menyapa dan disapa publik. Tidak saja harus memenuhi undangan, tetapi juga siap rumahnya setiap hari didatangi tamu, para pendukung dari seluruh pelosok Indonesia.
Boleh dibilang, tiada hari tanpa ada rombongan dari daerah yang mau ketemu Anies. Ini bagian dari konsekuensi dicapreskan.
Enak jadi Gubernur. Menempel sejumlah ajudan dan fasilitas ketika harus melayani rakyatnya. Tanpa jabatan, Anies harus mengurus segala sesuatunya secara mandiri. Pasti ada saja orang-orang baik yang membantu. Orang sekelas Anies telah menjadi magnet tersendiri bagi orang-orang baik untuk berempati dan bersimpati.
Kamis kemarin, Anies kedatangan hampir 100-an ulama pengasuh pesantren dari Jawa Timur. Sebagian Jawa Tengah dan Jawa Barat. Semuanya Kiai dan pengasuh pesantren. Mereka datang hanya untuk memberi dukungan ^all out^ kepada Anies untuk menjadi pemimpin negeri ini kedepan.
“All out’ artinya mereka akan melakukan kerja-kerja politik yang mereka mampu. Mereka akan sosialisasi dan kampanye untuk Anies di Jawa Timur, Jawa Tengah maupun Jawa Barat. Mereka akan kerahkan semua alumni pesantrennya untuk mengkampanyekan Anies. “Lillah” karena Allah, kata mereka.
Meski di kamar sebelah lebih banyak uangnya dan bisa menekan, tapi mereka, para ulama itu “lillah” bertekat untuk memperjuangkan lahirnya pemimpin terbaik untuk negeri ini. “Ini bukan untuk Anies, tapi untuk bangsa dan negeri ini”, kata Kiai sepuh yang hadir dalam silaturahmi tersebut.
Dalam kunjungan silaturahmi mereka ke rumah Anies di Lebak Bulus tersebut, ditutup dengan doa sembilan ulama pengasuh pesantren. Berikut nama-nama ulama tersebut.
- KH Badruddin Subkhy - Pengasuh Pondok Pesantren (PP) Al Badar. Bogor
- KH Maksum Turmidzi - PP Darul Hikmah, Bondowoso
- KH Zaenudin Husni - PP Tarbiyatul Qulub, Surabaya
- KH Abdullah Munif - PP Anwarul Maliki, Sukorejo Pasuruan
- KH Abdul Malik - PP An Nahdliyah, Sukodono Sidoarjo
- KH Fadholi M Ruham - PP Al Fudhola, Pamekasan
- KH Lailur Rahman - PP Ummul Quro, Pamekasan
- Habib Zaenal Abidin - PP Dalwa, Bangil Pasuruan
- KH Ghozi Wahib Wahab - Dzuriyah KH Wahab Chasbullah
Semua doa dari 9 kiai pengasuh pesantren isinya “agar Anies memimpin negeri ini”.
Akankah pertemuan Anies dengan para ulama yang dipandu oleh Gus Aam, cucu pendiri NU K.H. Wahab Hasbullah (Mbah Wahab) ini akan memuluskan Anies memenangkan suara khususnya di Pulau Jawa ini? Itulah yang akan diperjuangkan oleh para ulama-ulama pengasuh pesantren tersebut.
Tangsel, 20/1/2023
OLEH : R KHOLIS MAJDI
Pemerhati sosial politik
Sumber : rmoldkijakarta