Raden Wijaya menantu prabu Kertanegara dari Singasari terpaksa kabur ketika pasukan Jayakatwang dari Kediri melakukan serangan mendadak. Mertuanya prabu Kertanegara tewas dibunuh sedang keempat istri Raden Wijaya diboyong paksa ke Kediri. Raden Wijaya lari ke Madura minta suaka pada Arya Wiraraja.
Oleh Arya Wiraraja diberi nasehat agar menyerah pada Jayakatwang dan bergabung dalam pemerintahannya. Maka diantarlah sang raden kehadapan Jayakatwang yang karena percaya pada Wiraraja maka diterimanya Raden Wijaya dalam pemerintahannya dengan tugas membuka hutan yang lalu dinamakan Majapahit.
Para pengikut Raden Wijaya antara lain patih Nambi, Lembu Sora, Ranggalawe dan Kebo Anabrang beserta seluruh pasukan masing masing patuh dan loyal pada tiap langkah sang Raden Wijaya. Dialah pendiri dan maharaja pertama Kerajaan Majapahit.
Beberapa ratus tahun kemudian di ujung Sumatra seorang pahlawan rakyat Aceh yang bertahun tahun berjuang melawan Belanda akhirnya menyerahkan diri pada Belanda. Namanya Teuku Umar.
Militer Belanda girang bukan kepalang. Diberinya oleh mereka si jago perang Aceh ini seragam baru ala Belanda berikut senjata api untuk seluruh pengikut Teuku Umar.
Ia berperang disisi Belanda melawan pejuang pejuang Aceh yang istiqomah dijalan jihad namun tiap ekspedisi militer tak satupun pengikutnya terluka begitupun pejuang Aceh yang diperanginya itu tapi pasukan Belanda yang satu bendera dengannya banyak yang tewas dan hilang berikut senjata apinya.
Dan setelah bertahun tahun maka pada saatnya ia jebol gudang amunisi Belanda lalu kabur bersama para loyalisnya kembali kejalan jihad hingga akhir hayatnya.
Pada periode yang sama di Jawa Tengah ketika "Java Oorlog" telah berjalan lima tahun dan berlarut larut tak mungkin dimenangkan oleh Diponegoro maka menyerahlah Sentot Ali Pasha sang panglima kavaleri diikuti seribu limaratus pasukannya lengkap dengan semua kuda mereka.
Oleh Belanda mereka disambut dan diberi kuda kuda baru berikut senjata modern ditugaskan ketanah Minang memerangi para ulama pemberontak pimpinan Imam Bonjol dan para Tuanku yang lain.
Dan seperti Teuku Umar ia lakukan hal yang sama terhadap Belanda dengan bergabung dengan gerakan para ulama pemberontak itu melawan orang orang kaper.
Ketiga contoh diatas oleh para tokoh masa lalu itu hanya bisa terjadi dengan loyalitas para pengikutnya yang percaya pada visi perjuangan pemimpinnya, alih alih merasa terkhianati dan sok tahu lalu mencibir para pahlawan itu.
Sejarah sudah mengajarkan maka belajarlah...
(Oleh: Budi Saks)
____
*Catatan: Akankah Prabowo bakal seperti itu? Waktu lah yang akan membuktikan.