"Kalau Anda merasakan kekerasan dalam hati, badan tidak bersemangat, dan kesusahan dalam rejeki, ketahuilah, bahwa selama ini Anda sering bicara tentang hal-hal yang tidak berguna. Omongan yang tak berguna itu dapat mengeraskan hati, melemahkan badan, dan menyulitkan jalan rejeki." Begitu kata Malik bin Dinar, seorang ulama pada abad ke-2 Hijriah yang datang ke India untuk menyebarkan agama Islam di wilayah India.
Itu artinya, sodara2 sekalian, kalau Anda mau diberikan kemudahan rejeki, semangat dalam beraktivitas, dan hati yang sejuk, maka tunaikanlah tugas yang Allah berikan untuk Anda. Jangan buang2 waktu Anda utk hal2 yg kurang berguna. Lihat dalam kedudukan apa Anda sekarang, maka itulah jalan untuk meningkatkan kualitas hidup Anda.
Orang zaman sekarang, kalau dibilang Allah itu Maha kaya, jangan kuatir keabisan rejeki, karena rejeki itu udah dijamin, mintalah sama Allah, mereka suka jawab, "Ya tapi kan kita harus usaha!" "Rejeki itu harus dicari." "Rejeki gak mungkin turun dari langit." "Kalau mau rejeki, ya kita harus bekerja keras dong." "Nggak cukup berdoa kepada Tuhan aja." Dan begitu seterusnya.
Ya emang bener sih. Nggak ada keraguan dalam hal itu. Rejeki itu emang harus dicari. Untuk mendapatkannya, kita juga harus berusaha. Gak bisa cuma doa sambil malas2an gitu aja. Tapi apa Anda mengira bahwa usaha mencari rejeki itu harus diwujudkan dengan berbisnis, jualan, pergi ke kantor, pabrik, sekolahan, dan yang semacamnya aja?
Sesempit itukah Anda memandang kemahaluasan Tuhan Anda sendiri? Bekerja dalam arti yang umum kita pahami itu sebetulnya hanya salah satu bagian dari usaha mencari rejeki. Dan agama memuji perbuatan itu. Bahkan itu bisa bernilai ibadah. Jika itu diniatkan untuk mencari karunia Allah. Dan yang bersangkutan tidak lalai dengan kewajiban pokok yang lain.
Tapi orang sering lupa, bahwa memantapkan upaya dalam menunaikan tugas yang sudah Allah berikan itu juga sebetulnya termasuk bagian dari mengusahakan rejeki. Dan tugas manusia pasti beda2. Kalau Anda ditakdirkan sebagai pelajar, misalnya, dan Anda memfokuskan diri dalam pekerjaan itu, tanpa Anda sadari, Anda juga sebetulnya sedang berupaya utk melancarkan rejeki.
Kalau Tuhan Anda nyuruh Anda shalat. Dan Anda tunaikan shalat wajib itu dengan baik. Apa Anda tidak sadar bahwa shalat Anda itu juga bisa memperlancar rejeki? Kalau Nabi menganjurkan amalan tertentu bagi orang2 yang ingin dicukupkan rejekinya, lalu kita tunaikan amalan itu dengan baik, apa Anda ragu bahwa amalan yang dianjurkan nabi itu juga bisa memperlancar rejeki?
"Lah tapi kan kalau kaya gitu doang mah nggak menghasilkan uang?" Emang bener. Tapi apakah Anda lupa, bahwa Allah Swt punya banyak cara untuk menghidupi hamba-hamba-Nya, yang benar-benar konsisten dalam menjalankan tugasnya selama di dunia? Pintu rejeki itu sangat luas. Tapi sering dipersempit oleh keraguan dan buruk sangka kita sendiri.
Yang tidak kalah penting untuk kita ingat, rejeki kita itu bukan berasal dari usaha kita. Karena usaha kita hanya sebatas perantara. Yang ngasih kita rejeki itu Allah. Kadang Dia memberi melalui usaha yang kita lakukan. Tapi kadang Dia juga memberi secara "cuma-cuma." Mungkin Anda sendiri pernah mendapatkan rejeki yang "cuma-cuma" itu.
Kerja di arah Timur, kok bisa-bisanya rejeki datang dari bagian Selatan. Nggak diduga lagi. Suka kaya gitu kan? Perasaan kalau gaji kerjaan mah kecil. Tapi kok bisa cukup gitu sih? Jangan heran. Memang rejeki Anda bukan berasal dari usaha Anda. Meskipun secara lahiriah usaha itu menjadi salah satu perantara. Tapi yang jelas dia bukan penyebab utama.
Begitulah cara pandang orang beriman. Fisiknya berjalan, otaknya berpikir, usaha tetap ditempuh, tapi pada saat yang sama dia juga pasrah, percaya takdir, percaya kalau Allah itu tidak akan mengurangi bagian rejeki hamba-hamba-Nya, selama mereka hidup dengan jalan yang benar. Selama kita menjalankan tugas dg baik, tidak mungkin Dia menelantarkan kita begitu aja.
Bagi orang-orang yang merasa kesusahan dalam mendapatkan rejeki, kurang semangat dalam menjalani hidup, atau mengalami kekeringan batin, Anda tidak perlu pusing mencari jalan keluar. Tidak perlu pusing harus ngapain. Perbaiki hubungan Anda dengan pemberi rejeki itu. Gunakan waktu yang sudah Dia berikan untuk mengabdikan diri kepada-Nya, dengan beragam cara. Lalu minta. Bukan dengan keraguan. Tapi dengan keyakinan.
Yang menjamin rejeki Anda adalah Tuhan pencipta alam raya, yang kekayaan-Nya tidak terbatas. Kalau masih ragu, berarti iman Anda memang bermasalah. Dalam kehidupan sehari-hari aja kita bisa menyaksikan, bahwa seorang atasan yang baik tidak akan menelantarkan bawahannya begitu aja. Apalagi kalau dia tahu bahwa karyawannya itu rajin, jujur, loyal, komitmen, baik, dan selalu siap untuk melayani atasannya. Lah itu manusia. Baiknya aja udah kaya gitu.
Sekarang Anda punya Tuhan, yang dalam keyakinan Anda sendiri dipandang sebagai Dzat yang Maha kaya, Maha memberi rejeki, Maha pengasih, dan lain-lain. Kalau mau dipermudah, sangat simpel. Dekati dan tunaikan tugas yang sudah Dia berikan itu. Niatkan itu sebagai ibadah. Dan kurangi hal-hal yang tidak berguna. Ingatlah bahwa kelak kehidupan kita akan berakhir. Sementara waktu yang sudah kita dapat tidak akan pernah terulang. Padahal itu modal utama kita.
[Muhammad Nuruddin]