Menghapus Jejak Sejarah Perjuangan Rasulullah Lewat Proyek Megacity NEOM
Sebagaimana muslim lainnya, gue yakin Muhammad Bin Salman juga pernah membaca sejarah ekspedisi Tabuk yang dipimpin langsung oleh baginda Rasulullah.
Saat mendengar kabar bahwa 200 ribu pasukan Romawi telah mendekati Tabuk, Nabi Muhammad SAW langsung mengadakan "meeting dadakan" bersama para sahabat di Masjid Nabawi. Intinya, keberadaan pasukan kaisar Heraclius itu tak bisa dibiarkan, langkah preventif mesti dilakukan.
Bulan Rajab 9 H (630 M). Setelah dilanda paceklik cukup lama, akhirnya pohon-pohon kurma berbuah dengan lebatnya. Rakyat Madinah bersuka cita, mereka tengah bersiap memanen hasil perkebunan, saatnya bersantai bersama keluarga tercinta. Apalagi sedang musim panas, lebih enak ngadem di rumah.
Tiba-tiba Khalid bin Walid berseru atas perintah baginda Rasulullah, "Kumpulkan pasukan!" Tiap pria muslim yang sehat jiwa raganya mesti mengikuti wajib militer, berjihad ke Tabuk yang jaraknya sekitar 650 kilometer dari kota Madinah. Diantara sahabat Nabi, hanya Ali bin Abi Thalib yang tetap tinggal di Madinah. Ia tak ikut ekspedisi ke Tabuk karena diamanati oleh Rasulullah untuk menjaga kota Madinah.
Ekspedisi Tabuk benar-benar menjadi ujian keimanan bagi kaum muslimin. Bayangkan saja, musim panen sudah didepan mata, matahari tengah panas menyengat. Tiba-tiba, ada perintah berjihad. Medan peperangan berjarak ratusan kilometer pula. Phhfff....
Buat muslim yang imannya pas-pasan, sudah pasti mengajukan seribu satu alasan. Anak sakitlah, istri mau melahirkanlah, lagi bokeklah dan lain sebagainya. Dalam ekspedisi Tabuk, Allah SWT memperlihatkan wujud asli para munafikun.
Dan pidato Nabi Muhammad SAW berhasil menggelorakan ghirah dan semangat jihad ummat muslim yang berdomisili di kota Madinah. Pada akhirnya terkumpul 70 ribu pasukan, siap bergerak dibawah komando langsung baginda Rasulullah yang saat itu telah berusia 61 tahun. Ditengah cuaca panas menyengat, dimulailah ekspedisi ke Tabuk dengan tujuan untuk menghadang laju pergerakan pasukan Romawi.
Berbekal semangat juang yang tinggi, perjalanan dari Madinah ke Tabuk berhasil ditempuh dalam waktu 15 hari. Terbelalak biji mata pasukan Romawi, mereka tak menyangka kalau kaum muslimin yang dipimpin Rasulullah bisa melintasi padang pasir gersang dalam waktu yang relatif singkat.
Yup. 650 km itu jarak Jakarta - Nganjuk. 70 ribu bala tentara bergerak secara bersamaan. Ada yang menaiki kuda dan unta, banyak pula yang mesti berjalan kaki. Dalam 1 hari bisa menempuh jarak 45 km adalah sesuatu yang tak pernah diduga sebelumnya oleh orang-orang Romawi.
Melihat kedatangan pasukan kaum muslimin, seketika itu juga mental pasukan kaisar Heraclius jatuh ke titik nadir. Mereka yang awalnya melecehkan, kemudian berbalik ketakutan. 200 ribu pasukan Romawi yang semula sudah menguasai Tabuk langsung balik badan, lalu mundur ke benteng pertahanan mereka di Damascus.
Membaca kisah ekspedisi Tabuk berarti kita mengingat kembali perjuangan baginda Rasulullah dan para sahabat. Tanpa ghirah yang tinggi terhadap Islam mustahil hal itu bisa dilakukan. Tabuk begitu krusial dimata Nabi Muhammad SAW karena letak geografisnya yang sangat strategis, maka dari itu mesti dipertahankan.
Dan hari ini kita melihat Tabuk diporak-porandakan oleh putra mahkota kerajaan Arab Saudi. Tabuk yang dulunya menjadi pusat penyebaran Islam ke arah utara, kini oleh MBS diubah menjadi sentra Sekularisme.
Dengan dalih konversi migas dan mengembangkan sektor pariwisata, MBS membuat proyek megacity NEOM di provinsi Tabuk. Hunian dengan konsep futuristik dan resort modern akan didirikan disana. Beach club, night club, berbagai jenis miras dan lenggak-lenggok wanita berbikini akan menjadi pemandangan sehari-hari.
Yup, jangan harap megacity LINE dan resort Sindalah yang sedang dibangun itu akan mengusung konsep Syariat Islam. MBS merancang NEOM sebagai surga bagi para kapitalis yang gemar judi dan party sampai pagi.
Sedih melihat realita yang tersaji. Wilayah yang dulunya dipertahankan dengan susah payah oleh baginda Rasulullah dan para sahabat, kini malah dijadikan pusat maksiat.
Dengan uang trilyunan dollar, sejatinya MBS bisa dengan mudah membeli beberapa pulau di samudera Pasifik atau menganeksasi sebuah Negara miskin di benua Afrika. Silahkan berkreasi sesuka hatimu disana, jangan mengutak-utik wilayah asal turunnya ayat-ayat Al Qur'an.
Kenapa mesti mengubah kesakralan jazirah arab? Gue yakin banyak ulama yang menangis melihat fakta ini. Jeddah, Riyadh, Tabuk dan wilayah lainnya di Arab Saudi sedang dilanda sekularisasi yang bersifat terstruktur, sistematis, massive. Mekkah - Madinah, dua kota suci ummat islam itu kini telah dikepung beach club dan diskotik.
*BZH